Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Chatib Sebut Kepastian Dana Makan Gratis & Defisit APBN Redakan Gejolak Pasar
24 Juni 2024 20:28 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Menteri Keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Chatib Basri , menilai positif pertemuan antara pemerintah dengan tim gugus sinkronisasi presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo-Gibran.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, langkah konferensi pers antara pemerintah dalam hal ini Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menkeu Sri Mulyani bersama tim gugus tugas sinkronisasi, yakni Thomas Djiwandono, yang digelar pada hari ini, Senin (24/6), akan reda gejolak pasar yang beberapa waktu terakhir berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah .
"Kita tahu bahwa rupiah melemah dalam beberapa waktu terakhir. Ada dua penjelasannya: Pertama, menguatnya US dollar terhadap berbagai mata uang, termasuk rupiah. Kedua, dalam kasus Indonesia, pelemahan rupiah juga dipicu karena adanya kekhawatiran mengenai kesinambungan fiskal Indonesia. Defisit fiskal dikhawatirkan meningkat untuk mengakomodasi program-program pemerintah baru. Kekhawatiran itu itu memicu pelemahan rupiah," kata Chatib Basri, Senin (24/6).
Chatib menilai wajar respons pasar tersebut, yang khawatir fiskal Indonesia menjadi tidak sustainable. Dengan adanya penjelasan dari pemerintah dan tim gugus tugas sinkronisasi, kata Chatib, yang akan menjaga rasio utang, meskipun sudah memasukkan anggaran program makan bergizi gratis senilai Rp 71 triliun pada 2025.
ADVERTISEMENT
"Menko Airlangga Hartarto dan Menkeu Sri Mulyani menyampaikan bahwa defisit anggaran akan dijaga dalam range 2.29-2.82 persen dari PDB. Perlu dicatat, dalam press conference itu disebut bahwa program makan bergizi sebesar Rp 71 triliun pada tahun 2025 sudah masuk dalam rentang defisit ini," katanya.
Chatib mengatakan, keterangan dari pemerintah dan tim gugus sinkronisasi tersebut memberikan kepastian jika kebijakan fiskal yang hati-hati akan dilanjutkan.
Hal tersebut, kata Chatib, menjadi penting karena implikasinya pemerintah saat ini dan ke depan akan tetap menjaga disiplin fiskal di bawah 3 persen.
"Dengan rentang defisit 2,29-28,2 persen, perkiraan saya rasio utang/PDB tahun 2025 akan berada pada kisaran 37-38 persen. Angka ini bahkan lebih rendah dari rasio utang/PDB tahun 2023 yang sebesar 39 persen. Angka ini jelas jauh lebih rendah dari spekulasi pasar bahwa rasio utang/PDB akan menjadi 50 persen," katanya.
ADVERTISEMENT
"Dalam situasi ekonomi global dalam ketidakpastian, di mana tingkat bunga di Amerika Serikat diperkirakan masih bertahan tinggi setahun ke depan, penjelasan bahwa fiskal disiplin akan dijaga saya kira merupakan sesuatu hal yang amat penting," kata Chatib menambahkan.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 56 poin atau 0,34 persen ke level Rp 16.394 per USD pada perdagangan Senin (24/6).