Chevron Belum Serahkan Kajian EOR, Pertamina Susah Masuk Blok Rokan

29 Januari 2020 21:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertamina Lifting Perdana Minyak Mentah Chevron di Blok Rokan. Foto: Dok. Pertamina
zoom-in-whitePerbesar
Pertamina Lifting Perdana Minyak Mentah Chevron di Blok Rokan. Foto: Dok. Pertamina
ADVERTISEMENT
Jalan PT Pertamina (Persero) ternyata masih panjang untuk bisa masuk ke Blok Rokan di Riau. Meski baru bisa mengelola secara utuh pada Agustus 2021, masa transisi yang dilakukan perusahaan saat ini tak gampang.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan salah satu kendala Pertamina belum bisa masuk ke lapangan migas terbesar kedua di Indonesia tersebut, karena PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) belum juga menyerahkan hasil kajian Enhanced Oil Recovery (EOR).
"EOR kajiannya udah 4 tahun oleh Chevron. Nah ini juga kami harapkan mereka serahkan ke kami karena kami berpikir ini pakai skema cost recovery. Namun ada komponen atau formula yang enggak masuk cost recovery," kata dia di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (29/1).
EOR adalah teknologi pengurasan sumur-sumur tua agar produksinya maksimal. Dengan teknologi ini, perusahaan mencari sisa-sisa sumber minyak yang selama ini belum terangkat.
Menurut Nicke, jika Chevron tak juga memberikan hasil kajian tersebut ke Pertamina, maka harus memulai kajian dari awal yang membutuhkan waktu empat tahun juga. Lamanya kajian EOR di blok tersebut karena karakteristik sumur di sana unik.
ADVERTISEMENT
"Karena formula ini spesifik, unik di setiap lokasi. Jadi kami berharap dukungan Komisi VII ini yang jadi kunci adalah formula EOR agar transisi berjalan smooth agar bisa lakukan pengeboran di sana," ujarnya.
Tak Ingin Kejadian Blok Mahakam Terulang
Sebagai calon pengelola, Nicke mengakui masuk blok yang telah dikuasai hampir 50 tahun oleh Chevron itu sulit sebelum 2021. Akan tetapi, transisi harus segera dilakukan sebab dia tak ingin kejadian di Blok Mahakam yang berhasil direbut Pertamina dari perusahaan migas asing Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation terulang.
Menteri ESDM Arifin Tasrif didampingi Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengunjungi Terminal BBM Plumpang, Jakarta Utara, Senin (23/12). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Saat itu, Mahakam direbut Pertamina pada 2018, tapi dua tahun terakhir sebelum kontrak perusahaan migas Prancis dan Jepang itu berakhir, tak ada investasi di sana. Akibatnya, saat Pertamina mulai mengelola, penurunan produksi (decline rate) tajam menjadi 50 persen.
ADVERTISEMENT
"Jadi bukan nahan produksi, tapi nahan penurunan. Tahun kemarin kami hanya menahan decline rate. Untuk menahan decline rate dari 57 persen ke 25 persen itu, harus ngebor 122 sumur. Jadi tiap tiga hari kami ngebor di sana hanya untuk tahan laju penurunan," jelasnya.
Tahun ini perusahaan melakukan 122 pengeboran di Blok Mahakam. Secara keseluruhan, target pengeboran ada 411 sumur, sebanyak 90 persennya dari Pertamina karena perusahaan mendapatkan blok-blok yang sudah tua.
"Jangankan jaga produksi, nahan decline rate-nya saja butuh effort yang luar biasa. Makanya kami lakukan dengan EOR, surfaktan, chemical injection," tegasnya.