Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Amerika Serikat (AS) dan China telah menyepakati penurunan tarif impor secara signifikan dan akan berdampak pada perekonomian global termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Mengutip Bloomberg, tarif impor yang harus dibayar China untuk mendaratkan barang-barangnya di AS kini turun jadi 30 persen dari semula 145 persen.
Sementara, produk-produk asal AS yang masuk ke China mulanya dikenai tarif 125 persen kini menjadi 10 persen. Kesepakatan akan berlaku selama 90 hari kedepan.
China dan AS menggelar pembicaraan dagang selama dua hari di Jenewa, Swiss dan berakhir menyepakati keputusan setelah bersitegang perang tarif selama beberapa tahun.
Apa Dampaknya bagi Indonesia?
Indonesia dinilai bisa kecipratan dampak positif dari kesepakatan AS dengan China tersebut. Ada angin segar bagi stabilitas ekonomi global, termasuk Indonesia.
Ekonom bidang Industri dan Global Markets Maybank Indonesia menuturkan Indonesia bisa memanfaatkan kesepakatan ini untuk memperluas pasar ekspor dan memperkuat kerja sama dagang khususnya dengan AS.
ADVERTISEMENT
“Ini kelihatannya akan semakin menurunkan tingkat volatilitas di pasar keuangan global. Bagi Indonesia, ini sinyal yang bagus karena menunjukkan Amerika terbuka untuk proses negosiasi,” ujar Myrdal kepada kumparan, Senin (12/5).
Ia berharap, Indonesia juga bisa melakukan negosiasi terbuka dengan AS khususnya terkait potensi penerapan tarif Trump baru, seperti halnya AS dengan China.
Sementara itu, Pengamat Pasar Modal dan Keuangan, Ibrahim Assuaibi menilai meskipun tarif yang diberlakukan as untuk menerima barang-barang dari China lebih tinggi, tetapi posisi China cenderung lebih kuat.
Di saat yang sama, China kemungkinan bakal membuka jalur ekspor baru ke berbagai negara, termasuk kawasan ekonomi ASEAN.
“Salah satunya adalah Indonesia, juga Vietnam, Kamboja, Malaysia, bahkan hingga Afrika dan Eropa Timur. Negara-negara anggota BRICS bisa jadi target ekspansi baru Tiongkok,” kata Ibrahim kepada kumparan, Senin (12/5).
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Ibrahim juga meyakini ‘oleh-oleh’ yang disiapkan oleh Indonesia akan diterima oleh pemerintah AS. Ada tiga item yang dibawa, yaitu biaya impor 0-5 persen, pembebasan PPN dan PPh, serta kebijakan fiskal dan deregulasi non-fiskal.
"Ini kemungkinan besar akan diterima oleh pemerintah AS,” ungkapnya.