China Kurangi Produksi Baja, Harga Baja Impor Diprediksi Akan Terus Naik

4 Juni 2021 10:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Industri Baja Foto: Steven Shi/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Industri Baja Foto: Steven Shi/REUTERS
ADVERTISEMENT
Industri baja nasional saat ini masih dihadapkan pada persoalan perang harga dengan bahan baku impor. China sebagai produsen baja terbesar yang mencapai 928,3 juta ton per tahun berkomitmen memangkas produksi lantaran mempertimbangkan dampak lingkungan.
ADVERTISEMENT
Kebijakan China ini diprediksi akan mengakibatkan harga baja impor naik. Selain pemangkasan produksi, pemulihan ekonomi global yang telah terjadi pada akhir tahun lalu membuat permintaan baja cenderung meningkat.
“Ini kan sebuah objektif jangka panjang, salah satu pengurangan produksi baja. Demand (global) naik, supply chain (terhambat) China juga enggak mau ngegas lagi karena masalah lingkungan hidup,” kata Chief Strategy and Business PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk Johannes W Edward melalui live streaming akun @sfsekuritas, Jumat (4/6).
Johannes menuturkan, China pada tahun 2020 menjadi satu-satunya negara besar yang perekonomiannya tidak minus. Oleh karena itu, ia menyimpulkan industri baja China pada tahun lalu masih membaik.
Suasana di dalam Pabrik Baja Milik PT Gurun Raja Paksi di Cikarang, Bekasi. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Sebab saat negara-negara lain mengurangi konsumsi baja, China menggenjot produksi untuk pasar domestik yang juga cukup besar, hal ini terjadi hingga kuartal III. Sementara itu pada saat negara-negara lain mulai pulih sekitar kuartal IV 2020, China sudah tak bisa lagi memaksimalkan produksi.
ADVERTISEMENT
“Karena mereka produksi kurang, jadi kuartal IV itu panik. Wah permintaan tinggi kita mau ngegas lagi enggak bisa, suplai chain belum siap, maka di kuartal IV naik lah harga semua iron ore, dan lain sebagainya karena semua minta,” jelasnya.
Kendati demikian, ia mengatakan saat ini pemerintah telah gencar meningkatkan penggunaan baja lokal. Hal ini dinilai cukup baik serta membuat prospek industri manufaktur diproyeksikan kembali membaik pada tahun ini.
“Manufaktur baja tahun 2021 akan baik, belanja infrastruktur masih tinggi. Manufaktur indonesia akan baik,” tutupnya.