China Minta Tambahan Pasokan Batu Bara ke PTBA Usai Boikot Produk Australia

6 November 2020 17:42 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kapal tongkang membawa batu bara di sungai Mahakam. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kapal tongkang membawa batu bara di sungai Mahakam. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
China resmi memboikot sejumlah produk impor dari Australia per hari ini, Jumat (6/11). Salah satunya batu bara. Akibat boikot tersebut, negara tirai bambu itu meningkatkan impornya dari Indonesia.
ADVERTISEMENT
Direktur Niaga PT Bukit Asam Tbk (Persero) atau PTBA, Adib Ubaidillah mengatakan akibat aksi boikot itu, China meminta tambahan impor dari perusahaan untuk pengiriman kuartal IV 2020. Tapi, dia tidak menyebut volume tambahan permintaan China.
"Ada beberapa tambahan permintaan dari China untuk kuartal IV ini ke PTBA, tapi enggak terlalu banyak karena Desember sudah hampir sold out," kata Adib saat dihubungi kumparan, Minggu (6/11).
Adib mengungkapkan hingga akhir tahun, stok batu batu bara perusahaan sudah hampir habis terjual secara volume. Dia berharap, peningkatan permintaan ini berdampak pada pendapatan PTBA di akhir tahun.
Pada kuartal III 2020, penjualan batu bara PTBA terbanyak masih diserap dalam domestik sebesar 57 persen terutama ke PT PLN (Persero). Sisanya, ke pasar ekspor seperti India dan Hongkong yang menjadi pembeli terbanyak dilanjutkan China dan Malaysia. Peningkatan penjualan juga terjadi karena jualnya mulai merangkak.
ADVERTISEMENT
"Memang ke China tidak agresif sebab banyak bottleneck. Tapi di kuartal IV kita ada penjualan ke China dan jumlahnya cukup besar. Mudah-mudahan terealisasi dengan baik," kata dia dalam konferensi pers Paparan Kinerja Kuartal III 2020 secara virtual siang tadi.
Ilustrasi tambang batu bara Foto: Sigid Kurniawan/Antara
Per September ini, produksi batu bara PTBA mencapai 19,4 juta ton. Produksi ini sekitar 77 persen dari target tahun ini yang telah disesuaikan akibat pandemi menjadi 25,1 juta ton. Sedangkan kinerja angkutan batu bara juga menunjukkan performa yang terjaga dengan kapasitas angkutan mencapai 17,7 juta ton.
Untuk realisasi belanja modal (capital expenditure). Adib mengatakan per sembilan ini mencapai Rp 700 miliar. Diproyeksikan hingga akhir tahun capex perusahaan sekitar Rp 1 triliun sampai Rp 1,2 triliun.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya diberitakan, Pemerintah China memboikot produk impor asal Australia. Kebijakan itu akan berlaku efektif mulai hari ini. Dilansir dari Reuters, Selasa (3/11), setidaknya untuk tujuh produk ekspor andalan Australia ke China yakni batu bara, sereal dan biji-bijian, tembaga, gula, kayu, wine, dan lobster.
Tapi Pemerintah China membantah telah menginstruksikan boikot produk Australia tersebut. Reuters melaporkan, Kementerian Luar Negeri China berdalih pengurangan impor produk Australia merupakan inisiatif para importir sendiri.
Aksi perang dagang China ini diduga merupakan balasan atau retaliasi atas langkah Australia yang dianggap merugikan China. Hubungan kedua negara menegang, setelah Australia melarang Huawei Technologies Co membangun jaringan 5G pada 2018 dengan alasan keamanan nasional.
Tapi sebelum itu, Komisi Antidumping Australia juga sudah memeriksa produk aluminium impor asal China. Kerja sama ekonomi kedua negara itu makin suram, setelah pemerintah Perdana Menteri Scott Morrison pada April lalu menyerukan penyelidikan independen terhadap asal-usul virus corona.
ADVERTISEMENT
***
Saksikan video menarik di bawah ini.