Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
China sampai Swedia Punya Program Makan Siang Gratis, RI Mau Tiru Mana?
26 Mei 2024 16:30 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Pemerintahan yang akan datang bersiap menerapkan program makan siang gratis atau program makan bergizi gratis. Program ini menjadi program andalan presiden terpilih Prabowo Subianto dengan wakilnya Gibran Rakabuming Raka.
ADVERTISEMENT
Pada Selasa 2 April 2024 lalu, Prabowo Subianto meninjau penerapan program makan siang gratis di China . Kemudian pada 19-22 Mei 2024, beberapa perwakilan Komisi IV DPR RI dan beberapa perwakilan dari pemerintah mengunjungi Swedia untuk menjajaki kerja sama di bidang pangan, dan diharapkan bisa mendukung program makan bergizi gratis.
Dari berbagai studi banding yang dilakukan pemerintah, mana yang pas di lakukan di Indonesia?
Dikutip dari laman Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), program makan gratis di Swedia dilakukan dengan memberikan makanan kepada semua siswa berusia 7-16 tahun, dan sebagian siswa berusia 16-19 tahun selama lima hari dalam seminggu.
Makanan gratis bagi siswa di sana mengacu pada pedoman nasional mengenai makanan sekolah yang diterbitkan pada tahun 2015 dan direvisi pada tahun 2019 oleh Badan Pangan Swedia, didasarkan pada Rekomendasi Gizi Nordik.
Ada enam pedoman yang menjadi dasar program makan siang gratis di Swedia, yakni makanan harus enak, aman, bergizi, ramah lingkungan, menyenangkan, dan terintegrasi sebagai bagian dari kegiatan pendidikan.
ADVERTISEMENT
Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Eliza Mardian mengatakan Swedia adalah negara dengan ekonomi yang kuat dan stabil dengan tingkat pendapatan per kapita yang tinggi.
Sehingga sangat memungkinkan pemerintah untuk mengumpulkan pajak yang cukup untuk mendanai program-program sosial seperti makan siang gratis.
"Swedia sistem pajak progresifnya berjalan baik, orang kaya membayar pajak yang lebih tinggi, yang berkontribusi pada kemampuan pemerintah untuk mendanai program sosial. Tax ratio di sana tinggi. Karena pendidikan dan kesehatan menjadi public goods (fasilitas umum)," kata Eliza kepada kumparan, Minggu (26/5).
Selain faktor sumber pendanaan program, Eliza juga menyoroti perbedaan jumlah populasi penduduk di Indonesia dengan Swedia.
"Kita tidak bisa semudah itu meniru Swedia karena secara kondisi kebijakan fiskal kita berbeda," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Program di China dan India
CORE sebelumnya membuat rangkuman perbandingan program makan siang gratis di China dan India. China menjalankan program ini sejak 2011 di 1.762 kabupaten dan 29 provinsi, dengan menyasar 40 juta siswa di pedesaan. Hasilnya, rata-rata tinggi badan siswa laki-laki bertambah 1,54 cm dan perempuan 1,69 cm.
Untuk menjalankan program makan siang gratis, dari tahun 2011-2021 pemerintah China telah menghabiskan 147,2 miliar yuan atau setara Rp 329,7 triliun. Sekitar 90 persen dibiayai oleh pemerintah pusat, sisanya dari pihak swasta. Imbasnya dalam 10 tahun terakhir subsidi pemerintah pusat meningkat dari 3 yuan ke 4 yuan per anak setiap makan.
"China yang (penanganan) tingkat korupsinya lebih baik dari Indonesia pun, dalam program makan siang di sana membuka celah korupsi," kata Eliza.
ADVERTISEMENT
Selain itu, program makan siang gratis di China juga membuat harga makanan pokok naik beberapa kali lipat dan memberikan tekanan pada keuangan daerah dan sekolah.
Berbeda dengan China, makan siang gratis di India dilaksanakan sejak 1923 dan dilakukan serentak tahun 1995 dengan nama Mid-Day Meal Scheme (MDSM), yang menyasar 125 juta anak usia 6-14 tahun di sekitar 1 juta sekolah.
Anggaran yang disediakan tahun 2023/2024 untuk makan siang gratis di India sebesar Rp 21,45 triliun, dengan biaya rata-rata 1.121 Rupee (Rp 217.553) per anak per SD per tahun. Sementara untuk siswa SMP sebesar rata-rata 1.596 Rupee (Rp 309.797). Skema pembiayaannya didanai dari persentase belanja pemerintah pusat dan pemerintah bagian sebesar 60 banding 40. Di sana pemerintah bermitra dengan organisasi nirlaba.
ADVERTISEMENT
CORE mencatat, tantangan program makan siang gratis di India lebih kepada kualitas makanan yang diberikan masih rendah dan terbatas. Bahkan kontaminasi makanan di sana menyebabkan kematian.