China Tawarkan Kapal Perang Berpeluru hingga Kapal Selam ke Prabowo Subianto

11 Agustus 2024 17:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kiri) menyambut kedatangan Menteri Luar Negeri China Wang Yi (kanan) saat kunjungan di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (18/4/2024). Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kiri) menyambut kedatangan Menteri Luar Negeri China Wang Yi (kanan) saat kunjungan di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (18/4/2024). Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
ADVERTISEMENT
Pemerintah China berupaya memperkuat hubungan pertahanan dengan Indonesia. Salah satunya dengan menawarkan kapal selam hingga kapal untuk perang dengan harga diskon. Hal ini dilakukan untuk memperluas hubungan bilateral di tengah ketegangan geopolitik dan tantangan strategis di kawasan tersebut.
ADVERTISEMENT
Mengutip South China Morning Post, perwakilan dari China State Shipbuilding Corporation (CSSC) telah melakukan perjalanan ke Jakarta dalam beberapa bulan terakhir, dengan kunjungan terakhir yang dilaporkan pada tanggal 4 Juli. Perjalanan tersebut bertujuan untuk menawarkan kapal selam diesel-listrik (SSK) S26T dan kapal perusak berpeluru kendali kepada Kementerian Pertahanan Indonesia yang dipimpin oleh Prabowo Subianto dengan harga diskon.
“Kementerian tersebut mengkonfirmasi tawaran kapal selam tersebut tetapi mengatakan prosesnya masih dalam tahap proposal,” tulis laporan tersebut.
Kunjungan para eksekutif CSSC itu dilakukan setelah Asia-Pacific Defence Journal melaporkan bahwa Angkatan Laut Indonesia telah menunjukkan minat pada bulan Januari untuk membeli sistem rudal pantai YJ-12E buatan China.
Jika terkonfirmasi, pembelian tersebut akan sejalan dengan tahap ketiga rencana Kekuatan Pokok Minimum (MEF) Indonesia, sebuah cetak biru yang digariskan pada tahun 2009 untuk memodernisasi perangkat keras militer negara yang sudah tua.
ADVERTISEMENT
Meskipun Tiongkok menawarkan kapal selam baru dan peralatan pertahanan lainnya, Indonesia masih belum memastikan minatnya mengembangkan kemitraan industri pertahanan dengan Beijing.
Koordinator Penelitian dan Manajer Konsultan Semar Sentinel Indonesia, Anastasia Febiola, mengatakan pengadaan kapal ini akan menandai pergeseran dalam hubungan pertahanan Indonesia dengan China.
Sejauh ini, Indonesia telah membeli rudal antikapal C-705 dan C-802, kendaraan udara tak berawak, dan sistem pertahanan udara gerak sendiri dari Tiongkok.
Empat kapal selam Angkatan Laut Tiongkok (kiri) dan kapal perang. Foto: AFP
Menurut Institut Internasional untuk Studi Strategis, program pengadaan pertahanan terkini dengan Tiongkok ini hanya mewakili 0,09 persen dari total kesepakatan impor pertahanan senilai USD 30 miliar yang ditandatangani Jakarta sejak 2014.
"Namun kali ini tawaran China adalah kapal selam, yang merupakan sistem persenjataan utama," kata Anastasia.
ADVERTISEMENT
Anastasia menjelaskan, tawaran tersebut merupakan perkembangan yang menarik karena Indonesia baru saja menandatangani kontrak senilai USD 2 miliar dengan produsen Prancis Naval Group untuk dua kapal selam baru.
Selain kesepakatan kapal selam baru-baru ini dengan Prancis, Indonesia mendapatkan persenjataan militernya dari Italia, Swedia, Belgia, Amerika Serikat, dan Korea Selatan. Indonesia telah berupaya untuk mendiversifikasi impor pertahanannya untuk menghindari ketergantungan yang berlebihan pada satu pemasok saja.
Kapal selam bertenaga nuklir Prancis baru "Suffren" di Cherbourg, Prancis. Foto: Ludovic Marin / Pool via AP
Sementara itu, Direktur Eksekutif Verve Research, Natalie Sambi, mengatakan para pembuat keputusan pertahanan dan militer Indonesia biasanya lebih memilih persenjataan canggih Amerika dan Eropa meskipun harganya lebih mahal.
Natalie menyebut, selama masa jabatan presiden terpilih Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan sejak November 2019, dirinya menunjukkan preferensi terhadap alutsista, khususnya jet tempur dan kapal selam buatan Prancis.
ADVERTISEMENT
Menurut para analis, menggabungkan kapal selam China ke dalam portofolio persenjataan Indonesia dapat menimbulkan tantangan. Khususnya terkait interoperabilitas antara berbagai platform nasional.
“Menambahkan pemasok nasional lain ke armada bawah laut yang sudah terdiri dari kapal selam Jerman dan Korea dan, di masa depan, kapal selam Prancis [dapat mengakibatkan] peningkatan biaya awak, pengoperasian, dan pemeliharaan,” kata Natalie.