Corona dan Kenaikan Cukai Rokok Picu Merosotnya Penjualan HM Sampoerna

18 September 2020 13:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana pekerja di ruang produksi pabrik rokok PT Digjaya Mulia Abadi (DMA) mitra PT HM Sampoerna, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Foto: Siswowidodo/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pekerja di ruang produksi pabrik rokok PT Digjaya Mulia Abadi (DMA) mitra PT HM Sampoerna, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Foto: Siswowidodo/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Pandemi corona memukul industri rokok dalam negeri. Tak hanya pandemi, kenaikan cukai rokok juga disinyalir membuat penjualan rokok sepanjang semester I 2020 mengalami penurunan yang signifikan.
ADVERTISEMENT
“Untuk industri rokok, kenaikan tarif cukai rata-rata 24 persen dan harga jual eceran sebesar 46 persen yang berlaku pada 2020, serta pandemi COVID-19 menjadi dua faktor utama yang memberikan dampak signifikan pada kinerja industri ini yang telah menyebabkan penurunan volume penjualan hingga dua digit,” ungkap Presiden Direktur PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), Mindaugas Trumpaitis dalam Paparan Publik Virtual, Jumat, (18/9).
Pekerja mengenakan sarung tangan dan masker saat melinting rokok sigaret kretek tangan di pabrik rokok PT Digjaya Mulia Abadi (DMA) mitra PT HM Sampoerna. Foto: Siswowidodo/ANTARA FOTO
Secara keseluruhan, dalam semester pertama tahun ini, volume penjualan HM Sampoerna hanyalah sebanyak 38,5 miliar batang. Angka tersebut menunjukkan koreksi sebesar 18,2 persen secara tahunan dari posisi volume penjualan sebesar 47,1 miliar batang pada periode yang sama tahun lalu.
Selain itu total pangsa pasar HMSP juga turun 3,1 persen menjadi 29,3 persen pada semester I 2020. Adapun penurunan volume penjualan HMSP juga terefleksi dari penjualan industri rokok yang terkoreksi sebesar 15 persen.
ADVERTISEMENT
“Tak terelakkan lagi Sampoerna menghadapi tantangan selama masa puncak pandemi, khususnya pada kuartal II 2020. Berbagai tantangan selama periode April-Juni 2020 menyebabkan koreksi terhadap kinerja perseroan,” ujarnya.
Selain itu Mindaugas menyadari bahwa pandemi COVID-19 ini masih berlangsung tak menentu. Untuk itu pihaknya terus mewaspadai berbagai dampak lanjutan dari pandemi yang terjadi secara global dengan terus beradaptasi pada perkembangan situasi. Selain itu perseroan juga berupaya untuk menciptakan terobosan dan inovasi pada bisnisnya.
“Sebagai contoh, kami meluncurkan produk Sigaret Kretek Mesin/SKM tar tinggi untuk merespon pergeseran permintaan ke produk tar yang lebih tinggi,” ujarnya.
Mindaugas merinci sepanjang 2019, pangsa pasar Sigaret Kretek Tangan (SKT) Sampoerna dengan merk Dji Sam Soe dan Sampoerna Kretek tercatat sebesar 36,3 persen. Sedangkan pangsa pasar Sigaret Putih Mesin (SPM) dengan produk utamanya Marlboro dan Philip Morris Indonesia (PMID) memiliki pangsa pasar 57,2 persen. Lalu Rokok Kretek Mesin (SKM) memiliki pangsa pasar 29,6 persen.
ADVERTISEMENT
“Sampoerna berkomitmen untuk terus mendukung pemerintah menciptakan lingkungan bisnis yang lebih kondusif bagi industri tembakau, termasuk perlindungan terhadap bisnis SKT yang merupakan sektor yang paling padat karya,” tandasnya.