Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Curhat Dirut Pos Indonesia yang Kalah Bersaing saat Booming E-commerce
16 Juni 2021 20:17 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
PT Pos Indonesia (Persero) masuk dalam jajaran BUMN yang dilanda krisis keuangan. Bukan hanya karena ada hantaman pandemi COVID-19, tapi juga kalah saing dengan perusahaan logistik seperti JNE, J&T, hingga Paxel.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Pos Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi mengungkapkan, ini merupakan kondisi pahit yang harus diterima perusahaan. Para karyawannya harus mengakui keadaan perusahaan.
"Jadi market share kita mengecil, kalah kompetisi. Akhirnya kita jadi loser, ini harus diterima sebagai kenyataan pahit bagi manajemen baru," katanya dalam Diskusi PPM Manajemen bertajuk Cultivating Change Readiness secara virtual, Rabu (16/6).
Meski begitu, sebagai manajemen baru, Faizal mengakui Pos Indonesia menjadi satu-satunya BUMN yang bertahan selama hampir tiga abad lamanya. Maklum saja, Pos Indonesia didirikan pada 1746 atau 274 tahun lalu.
"Mungkin satu-satunya perusahaan yang survive sampai 274 tahun atau hampir tiga abad. Pos ini boleh disamakan dengan Dinosaurus, binatang yang bisa survive lebih dari 100 tahun," lanjutnya.
Sebagai BUMN yang sudah bertahan hampir tiga abad, dia ingin Pos tetap ada dan bangkit dari keterpurukannya. Jalan satu-satunya adalah transformasi agar tidak punah.
ADVERTISEMENT
Lagi-lagi, Faizal menyamakannya Pos Indonesia dengan dinosaurus barney berwarna ungu yang banyak menghibur anak-anak dengan menyanyi dan menari.
"Jadi dengan berbagai keadaan dan pilihan yang ada, kita harus lakukan 7 transformasi. Pertama dari posisi loser to winner, dari market share minim jadi mayoritas," lanjutnya.
Kedua, transformasi dari product to channel. Jika dulu produk Pos harus didapatkan dengan datang ke kantor, saat ini harus berubah ke layanan interaktif.
Ketiga, transformasi proses manual ke otomasi. Keempat, di bidang teknologi dari mesin ke servis karena masuk ke era cloud yang menurutnya lebih hemat pengeluaran karena tidak perlu investasi server sendirian, tapi menggunakan jasa perusahaan di bidang tersebut.
Kelima, transformasi di bidang SDM atau human capital. Menurutnya, harus ada peningkatan SDM yang jika semakin tua pekerjanya seharusnya nilai atau kemampuannya semakin bagus.
ADVERTISEMENT
"Keenam, di bidang organisasi kita transformasi dari cost ke commerce, enggak apa-apa biaya naik 3 persen, asal pendapatan juga tumbuh 20 persen. Terakhir, transformasi dari behaviour ke karakter," ujar Faizal.
Menurutnya, Pos Indonesia optimistis mengubah kondisi dari loser ke winner karena industri logistik sedang tumbuh. Selama lima tahun terakhir tumbuh 8,6 persen dengan nilai market Rp 1.355 triliun, termasuk spending dari seluruh BUMN Rp 280 triliun.
Untuk industri kurir dalam enam tahun terakhir tumbuh 16 persen, prediksi di 2021 marketnya Rp 105 triliun. Lalu di bidang financial services nonbank seperti fintech tumbuh lebih dari 10 persen selama 6 tahun.dengan market Rp 200 triliun.