news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Curhat Sri Mulyani: Diolok Bank Dunia Sampai Sakit Perut karena Jokowi

31 Januari 2020 10:24 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani di Istana Merdeka, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani di Istana Merdeka, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tiba-tiba mencurahkan isi hatinya. Bendahara negara tersebut curhat, dirinya pernah diolok oleh Bank Dunia karena tak paham masalah stunting.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Sri Mulyani juga curhat, janji-janji manis saat kampanye Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga membuatnya sakit perut.
Seperti apa curcol Sri Mulyani? Berikut kumparan merangkumnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
Sakit Perut Hadapi Kampanye
Masa-masa kampanye pada Pemilihan Umum (Pemilu) Capres Cawapres 2019 lalu ternyata meninggalkan kesan mendalam bagi Sri Mulyani. Momen kampanye diakui Sri Mulyani sebagai masa yang menegangkan bahkan sampai membuat bendahara negara tersebut sakit perut.
Sebab, masing-masing capres mengumbar-umbar janji. Tak jarang, dari deretan janji tersebut banyak program yang harus bersinggungan dengan keuangan negara.
Beauty of democracy and election adalah waktu terjadi kampanye walaupun saya sakit perut terus. Kasih ini, menjanjikan ini, menjanjikan apa lagi yang gratis. Saya cuma ngitung hiya hiya hiya hiya gitu kan,” cerita Sri Mulyani di Energy Building, Jakarta, Kamis (30/1).
ADVERTISEMENT
Masing-masing kandidat tak mau kalah. Sri Mulyani pun mulai merasa khawatir karena program tersebut harus menggunakan uang negara.
“Saya curcol. Jadi waktu begitu selesai kampanye, bill nya dateng lah. Brrrr banyak banget dan kita harus reflecting ke APBN yang sekarang 2020,” lanjutnya.
Ternyata salah satu janji yang sempat bikin Sri Mulyani sakit perut adalah kartu pra kerja. Program tersebut merupakan janji Presiden Joko Widodo saat kampanye.
Sayangnya, program tersebut benar-benar berawal dari janji. Sri Mulyani pun mengaku tak punya hitung-hitungan awal untuk program ini.
“Salah satu yang dijanjikan oleh presiden adalah kartu pra kerja, Rp 10 triliun 2 juta orang. ‘Pak ini nanti gimana caranya?’ ‘Udah pikirin nanti aja. Pokoknya kampanye dulu,’” ujar Sri Mulyani.
ADVERTISEMENT
Alhasil, setelah itu Sri Mulyani pun harus segera gerak cepat untuk menghitung supply demand-nya. Beruntungnya, Sri Mulyani mengklaim proses tersebut berhasil diselesaikan dengan cepat.
“Cepet cari supply demand-nya, untungnya crowdsourcing untuk ide itu cepat,” tandasnya.
Sri Mulyani di acara seminar urbanisasi Bank Dunia, Kamis (3/10/2019). Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
Diolok Bank Dunia Soal Stunting
Salah satu isu kesehatan yang cukup serius dihadapi Indonesia adalah masalah stunting (kerdil). Gara-gara masalah tersebut, Sri Mulyani curhat dirinya pernah dipermalukan oleh Mantan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim.
Sri Mulyani saat itu baru saja mengemban tugas di Bank Dunia. Kala itu, Indonesia merupakan salah satu negara dengan kondisi penduduk stunting terbesar di dunia.
"Waktu saya di Bank Dunia pertama kali, saya dipermalukan dengan stunting itu karena Presiden Bank Dunia juga seorang dokter," ungkap Sri Mulyani di Energy Building, Jakarta, Kamis (30/1).
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani mengaku, saat itu dirinya belum mengetahui gambaran pasti soal kondisi stunting. Jim Yong Kim pun menjelaskan kepada Sri Mulyani, banyak penduduk Indonesia yang tumbuh kembangnya tidak sesuai dengan kondisi seharusnya. Permasalahan kesehatan ini pun berpotensi mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Begitu mengetahui informasi tersebut, Sri Mulyani pun lantas memberitahukan kondisi itu kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla yang saat itu berkunjung ke Washington DC. Atas informasi yang diberikan Sri Mulyani, Jusuf Kalla menginstruksikan agar isu kesehatan stunting harus menjadi perhatian semua pihak. Sejak saat itulah isu stunting jadi salah satu fokus pemerintah.
"Semenjak itu Pak JK aware sama stunting. Dan lihat dalam debate presidential election banyak ngomongin stunting. Itu big achievement. Maka sejak itu persoalannya bukan satu kementerian dan satu daerah. Tapi semuanya," cerita Sri Mulyani.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani mengklaim, saat ini semua pihak secara gotong-royong tengah berusaha agar angka stunting bisa ditekan. Menurut Sri Mulyani, masalah ini memang hanya bisa diselesaikan jika dikerjakan bersama-sama alias keroyokan.
“Strategi pemerintah, maka kita melakukannya keroyokan. Targetnya 100 kabupaten (bebas stunting). Makanya seluruh kementerian bersama-sama melakukan itu," tandasnya.