Pasar Tanah Abang yang tutup

Daftar Usaha yang Bisa Jadi Pilihan di Tengah Pandemi Virus Corona

14 April 2020 10:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga beraktivitas di depan pintu masuk Pasar Tanah Abang yang tutup di Jakarta Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Warga beraktivitas di depan pintu masuk Pasar Tanah Abang yang tutup di Jakarta Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
Memulai usaha di tengah pandemi COVID-19 memang bukan hal yang mudah. Mulai dari bahan baku yang mahal, operasional bisnis yang tidak jalan, hingga hambatan lemahnya daya beli masyarakat.
ADVERTISEMENT
Namun bukan berarti kita tidak bisa memulai usaha. Setiap ada kemauan pasti ada jalan. Berikut kumparan merangkum tiga jenis usaha yang mungkin bisa kalian coba di tengah situasi krisis. Bisa dibilang ketiga jenis usaha ini memiliki permintaan yang cukup tinggi saat ini.
Langsung saja berikut 3 jenis usaha yang patut kalian coba di tengah pandemi COVID-19:

Manfaatkan Peluang Bisnis, Pengusaha Konveksi Beralih Jadi Produsen APD

Dampak virus corona saat ini sangat besar terhadap perekonomian di Indonesia. Sebagian besar sektor usaha mengalami perlambatan bisnis. Namun siapa sangka, ada sektor lain yang punya potensi bisnis cukup menjanjikan di tengah pandemi COVID-19. Salah satu sektor tersebut adalah industri konveksi.
Sebagian pengusaha konveksi memilih untuk memproduksi Alat Pelindung Diri (APD) yang saat ini memang sangat dibutuhkan oleh para tenaga medis.
ADVERTISEMENT
“Kami beralih untuk memproduksi APD karena memang mendapat pesanan sebanyak 2.000 unit,” kata salah satu pengusaha konveksi di Bandung, Adrian Malli kepada kumparan, Senin (13/4).
Sejumlah penjahit menunjukkan APD (Alat Pelindung Diri) usai produksi di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Senin (6/4/2020). Foto: Antara/Fakhri Hermansyah
Adrian saat ini menerima pembuatan baju hazmat dan masker untuk kebutuhan sebagian rumah sakit di Bandung, Jawa Barat. Menurutnya, salah satu peluang usaha di tengah pandemi yaitu menjual APD.
Sementara itu, pengusaha konveksi lain, Menuk, saat ini tengah memanfaatkan peluang untuk memproduksi kebutuhan APD, seperti baju hazmat. Ia mengatakan, produksi APD buatannya sudah mencapai ratusan.
Ready stock ada ratusan di konveksi kita, dengan bahan spunbond,” urainya.
Menuk yang juga sebagai Ketua UMKM Jasma Indonesia menyatakan, saat ini kebutuhan bahan baku agak sulit didapat. Meski demikian, pihaknya menyatakan siap untuk terus memproduksi APD karena memang permintaan yang tinggi.
ADVERTISEMENT
“Kan memang saat ini permintaan cukup tinggi,” imbuhnya.

Tak Betah Dirumahkan Karena COVID-19, Wayan Buka Usaha Delivery Telur

Tak pernah terbayang di benak Wayan Bagiana (48), karyawan bidang periklanan di Sanur, Bali yang terpaksa dirumahkan akibat COVID-19 mewabah. Karena tak dapat penghasilan selama di rumah, dirinya banting setir memulai usaha jualan pesan antar atau delivery telur supaya bisa mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari.
Mulanya ia mencoba menjual telur sebanyak 160 krat (1 krat berisi 30 butir) lewat bantuan modal pinjaman dari rekan-rekannya. Tiap 1 krat telur (30 biji) Wayan menjual seharga Rp 38.000. Tak disangka, 160 krat laku dijualnya dalam waktu setengah hari. Permintaan dari hari ke hari selalu bertambah.
ADVERTISEMENT
Wayan pun memberanikan diri untuk menambah persediaannya, namun terkendala dari sisi supply. Di tengah wabah, dirinya hanya mendapatkan pasokan dari daerah Karang Asem sebanyak 250 krat tiap minggunya.
Pengusaha Delivery Telur Foto: Istimewa
Melihat kendala tersebut, Corporate Secretary Bank BRI Amam Sukriyanto menyampaikan, BRI telah mengunjungi rumah Wayan untuk berkomunikasi secara langsung sekaligus memberikan pendampingan dengan menghubungkan Wayan dengan beberapa peternak ayam yang sudah lama menjadi nasabah BRI.
“Dengan tersambungnya beberapa akses informasi penyedia telur, harapan kami, Wayan bisa mendapatkan pasokan telur sehingga dapat memenuhi permintaan pelanggannya yang semakin bertambah. Tentunya, usahanya juga semakin berkembang,” tambah Amam melalui keterangan tertulis yang dikutip kumparan, Minggu (12/4).
Dalam sambungan telepon, Wayan mengungkapkan, banyak permintaan barang pokok selain telur dari para pelanggannya, sehingga dia berencana menambah jenis barang yang akan dijual, seperti beras dan gula. Dia juga menyampaikan, masyarakat lebih nyaman untuk berbelanja dari rumah dan minta barang diantarkan secara langsung.
ADVERTISEMENT
“Sebagai bentuk komitmen BRI dalam memberdayakan pelaku UMKM, kami tidak hanya memberikan layanan pendampingan usahanya saja, namun BRI juga mempertimbangkan Wayan untuk menjadi mitra Agen BRILink. Dengan begitu, Wayan bisa mendapatkan pendapatan tambahan dengan memberikan layanan perbankan kepada pelanggannya ketika mengantarkan telur atau barang pesanan lainnya,” pungkas Amam.

Curhat Guru Bantu yang Kena Dampak Corona, Kini Beralih Jual Masker

Wabah virus corona membuat hari-hari Dede Rahma (25) semakin sulit. Perempuan yang berprofesi sebagai guru bantuan di SD dan SMP di daerah Tangerang ini, terpaksa dirumahkan oleh sekolahnya sejak pertengahan Maret lalu.
Ilustrasi penjual masker. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Sebagai guru bantuan, Rahma yang sudah mengajar sekitar 5 tahun itu biasanya ditugaskan untuk memberikan pelajaran tambahan. Namun, sejak wabah corona dan adanya sistem belajar online, sekolahnya tidak lagi meminta bantuan Rahma untuk mengajar.
ADVERTISEMENT
"Karena UN ditiadakan saya juga tidak lagi dipanggil sekolah sebagai guru pemantapan, karena biasanya saya membantu mengajar untuk pemantapan siswa," kata Rahma kepada kumparan, Senin (13/4).
Rahma harus memutar otak agar kebutuhan dia dan orang tuanya bisa terpenuhi. Kebetulan di lingkungan Rahma di Cipadu, Tangerang, ada yang memproduksi masker kain, akhirnya dia mencoba untuk berjualan masker.
"Saya masih tinggal dengan orang tua, jadi ngga ada cicilan. Melihat yang sekitar lakuin pada bikin masker kain, jadi saya bantu jualin dan ikut bikin," ucapnya.
Rahma berharap pemerintah bisa mempercepat bantuan kepada masyarakat yang terdampak. Terutama kepada para tenaga pendidik yang tidak mendapatkan jaminan karena tidak terikat oleh sekolah.
ADVERTISEMENT
"Bantuannya bisa dipercepat kepada kami. Sekarang orang-orang sudah mulai jualin barang, saya lihat bahkan ada yang sampai jualin kebaya untuk menyambung hidup," pungkasnya.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten