Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
![Petugas memasang spanduk sosialisasi ancaman penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) ternak sapi di pasar hewan Desa Sibreh, Kecamatan Sibreh, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Selasa (11/5/2022). Foto: Ampelsa/ANTARA FOTO](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/0180b29ac550f7bee65119bb054bb1b8.jpg)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tanda klinis PMK pada ternak mulai dari demam tinggi (39-41 oC), keluar lendir berlebihan dari mulut dan berbusa, luka-luka seperti sariawan pada rongga mulut dan lidah, tidak mau makan, pincang, luka pada kaki dan diakhiri lepasnya kuku, sulit berdiri, gemetar, napas cepat, produksi susu turun drastis dan menjadi kurus.
Lantas apakah daging sapi yang terjangkit PMK dapat dikonsumsi?
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, menjelaskan daging sapi yang terkena wabah PMK masih boleh dikonsumsi. Sehingga ia mengimbah masyarakat agar tidak terlalu panik, tetapi harus tetap waspada.
"Daging yang terkena prosedur tertentu dengan pendekatan teknis ada penelitian dan lain-lain masih bisa dikonsumsi oleh manusia. Yang tidak boleh hanya pada tempat-tempat yang langsung terkena PMK misalnya organ-organ kaki tentu saja harus diamputasi dulu," kata Syahrul saat konferensi pers di Kantor Kementan, Jakarta, Rabu (11/5).
ADVERTISEMENT
Kendati begitu, Syahrul menegaskan bahwa yang bisa dikonsumsi hanya bagian tertentu saja. Jadi masyarakat harus hati-hati dan memperhatikan dengan cermat.
"Jeroan tidak boleh, mulut terkait bibir dan lain-lain atau lidah cuma itu yang tidak direkomendasi. Tapi yang lain masih bisa direkomendasi (dikonsumsi), bahwa dagingnya masih bisa dimakan," tambahnya.
Walau bagian tertentu masih aman dikonsumsi, Syahrul tidak mau sapi yang kena PMK tersebar dan dikonsumsi semuanya oleh masyarakat. Untuk itu, pihaknya juga akan terus mengawasi Rumah Pemotongan Hewan atau RPH agar tidak sembarangan dalam mengolah hewan yang sudah terinfeksi PMK.
"Oleh karena itu penjualan liar dan lain-lain khususnya di daerah suspect yang ada ini bisa kita hindari bersama," ujar Syahrul.
Syahrul merasa yang perlu diwaspadai dari wabah PMK adalah penyebarannya melalui udara. Sehingga antisipasi harus terus dilakukan agar wabah tersebut tidak menyebar ke wilayah-wilayah lainnya. Dia juga menegaskan bahwa PMK ini tidak menular ke manusia.
ADVERTISEMENT
"Yang paling berbahaya dari PMK ini kepada hewan yang ada karena penyebarannya melalui udara, airbone-nya cukup panjang karena kita harus bisa isolasi kurang lebih antara 3 kilo (meter) dari tempat suspect sampai 100 kilo (meter) kurang lebih seperti itu," tutur Syahrul.