Dalam Sebulan Terakhir, Erick Thohir Copot Refly Harun hingga Edi Sukmoro

17 Mei 2020 8:07 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri BUMN Erick Thohir berbicara di hadapan peserta Milenial Fest 2019 di Jakarta, Sabtu (14/12/2019). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
zoom-in-whitePerbesar
Menteri BUMN Erick Thohir berbicara di hadapan peserta Milenial Fest 2019 di Jakarta, Sabtu (14/12/2019). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
ADVERTISEMENT
Di tengah pandemi COVID-19, Menteri BUMN Erick Thohir terus melakukan perombakan pejabat di perusahaan negara. Selama sebulan terakhir ini, dia mencopot sejumlah nama mulai dari Refly Harun dari kursi Komisaris Utama PT Pelindo I (Persero) hingga Sripeni Inten yang pernah menjabat sebagai Pelaksana Tugas Direktur Utama PT PLN (Persero).
ADVERTISEMENT
Ada juga Edi Sukmoro yang didepak dari kursi nomor satu di PT KAI (Persero) dan yang terbaru, Gigih Prakoso dicopot dari jabatan Direktur Utama PT PGN Tbk (Persero). Erick menyebut perombakan yang dilakukan dalam rangka penyegaran.
Berikut kumparan rangkum nama-nama tenar yang dicopot Erick Thohir, Minggu (17/5):

Refly Harun

Rapat yang digelar Erick secara virtual pada Senin (20/4) pukul 13.30 WIB rupanya jadi hari terakhir Refly menjabat sebagai Komisaris Utama di Pelindo I. Dia dicopot dan posisinya langsung digantikan oleh Laksdya TNI Achmad Djamaluddin.
Selain Refly, beberapa orang dari jabatan komisaris diganti. Seluruhnya ada 5 orang komisaris baru di BUMN pengelola pelabuhan di sebagian wilayah Sumatera itu.
Selama ini, Refly yang juga dikenal sebagai pakar hukum tata negara, dikenal kritis terhadap beberapa kebijakan pemerintah. Ditanya kemungkinan pencopotan ini terkait sikap tersebut, Refly tak membenarkan dan tak juga membantah.
ADVERTISEMENT
“Hahaha... saya sudah mengkritik pemerintah sejak 2017. Tinggal waktunya saja memang pasti dicopot,” katanya kepada kumparan, Senin (20/4).
Refly Harun di FGD Kemah Konstitusi di Hotel Ashley, Jakarta, Rabu (13/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Dia pun menyodorkan artikel opini yang ditulisnya pada 24 Oktober 2017, berjudul ‘Memimpin Penegakan Hukum’ yang dimuat Harian Kompas. Dalam artikel itu, Refly Harun mengibaratkan Presiden Jokowi sebagai mahasiswa yang harus mengambil tiga mata kuliah wajib sekaligus. Yakni ekonomi, politik, dan hukum.
Menurutnya, Jokowi sangat antusias di bidang ekonomi, khususnya terkait pembangunan infrastruktur. Demikian juga di politik. Meski tak seantusias di ekonomi, namun Jokowi mampu mengonsolidasikan kekuasaan. Tapi di bidang penegakan hukum, imajinasi dan passion Jokowi tidak terlihat.
“Saya kan ingin membuktikan, bahwa dapat jabatan tetap kritis. Dan ketika kritis bukan karena pingin mengharapkan jabatan. Hahaha...,” imbuh Refly Harun.
ADVERTISEMENT
Apalagi menurutnya, di mana-mana tidak ada pemerintah yang sepenuhnya benar. “Kalau kita merasa salah ya dikritik. Kalau benar ya dibenarkan.”

Edi Sukmoro

Nama tenar kedua yang dicopot Erik adalah Edi Sukmoro dari jabatan Dirut KAI. Edi diberhentikan dalam keputusan Menteri BUMN Nomor SK-142/MBU/05/2020 tertanggal Jumat, 8 Mei 2020.
Sebelum akhirnya diberhentikan per 8 Mei 2020, Edi Sukmoro menjabat Dirut PT KAI sejak 2014, menggantikan Ignasius Jonan yang diangkat menjadi Menteri Perhubungan. Mewarisi kondisi perusahaan yang sudah jauh lebih baik berkat tangan dingin Ignasius Jonan, Edi Sukmoro terus melanjutkan pembenahan.
Salah satunya adalah mengimplementasikan teknologi di semua lini layanan kereta api. Salah satu obsesinya adalah memfasilitasi semua kereta dengan koneksi internet wifi.
ADVERTISEMENT
"Jadi yang naik KA itu jangan lagi dianggap orang-orang yang tidak berteknologi, semua mereka ber-handphone. Tahu di Gambir ada Starbucks kan? Itu adalah penghasilan terbesar nomor dua di Indonesia setelah di Grand Indonesia (Jakarta) berarti perputaran duit tinggi," ujarnya kepada kumparan beberapa waktu silam.
Edi Sukmoro. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Sementara itu, di mata karyawan PT KAI, figur Edi dianggap disenangi sekaligus disegani. Pria kelahiran Semarang, 61 tahun lalu itu, juga dekat dengan semua stakeholder perkeretaapian.
"Pak Edi merupakan figur yang amanah, sabar, santun dan welas asih. Seorang pekerja keras, inovatif , piawai dalam mensinergikan semua elemen di PT KAI dan anak perusahaan. Juga disenangi dan disegani oleh semua pegawai KAI," kata Vice President Corporate Communication PT KAI, Joni Martinus.
ADVERTISEMENT

Sripeni Inten Cahyani

Dalam perombakan direksi PT PLN (Persero) yang dilakukan Erick pada Kamis (14/5), Sripeni Inten Cahyani menjadi salah satu yang terdepak. Jabatan terakhirnya di perusahaan tersebut adalah Direktur Pengadaan Strategis 1.
Karier Sripeni di jajaran direksi PLN relatif singkat, tak sampai 1 tahun. Ia baru diangkat menjadi Direktur Pengadaan 1 pada 29 Mei 2019, bersamaan dengan dengan pengunduran diri Sofyan Basir dari jabatannya sebagai Dirut PLN.
Perempuan kelahiran Pati, Jawa Tengah, 52 tahun lalu itu pernah memimpin PLN saat ditunjuk menjadi Pelaksana Tugas Direktur Utama PLN pada 2 Agustus 2019. Ketika itu, Sripeni adalah wajah baru di pucuk pimpinan PLN.
Hanya berselang 2 hari setelah dia dilantik, mati listrik massal alias blackout mengadang tugas awalnya di perusahaan setrum negara. Jakarta padam. Demikian juga Banten, sebagian Jawa Barat dan Jawa Tengah. Pemadaman berlangsung delapan jam. Di beberapa wilayah lebih lama, bahkan hingga berganti hari. Kejadian yang mungkin tidak pernah terbayang olehnya.
Sripeni Inten Cahyani memberikan keterangan pers usai memenuhi panggilan pimpinan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Selasa (6/7). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Pada 5 Agustus 2019, Presiden Joko Widodo (Jokowi) langsung menyambangi Kantor Pusat PLN akibat blackout yang menggegerkan masyarakat. Tidak ada suasana ceria saat Jokowi bertatap muka langsung dengan Sripeni. Bahkan Jokowi datang dengan wajah tanpa senyum.
ADVERTISEMENT
Ekspresi itu ditunjukkan sejak pertama menginjakkan kakinya di Kantor Pusat PLN, begitu turun dari mobil. Uluran tangan Sripeni dan jajaran direksi PLN yang menyambut kedatangannya, disambut dengan ekspresi datar.
Menghadapi masalah blackout hingga didatangi langsung oleh Presiden, tentu bukan beban yang ringan. Apalagi bagi seorang pucuk pimpinan yang baru menjabat dua hari di PLN. Sempat muncul spekulasi, adanya sabotase yang menyebabkan pemadaman listrik massal tersebut. Tapi hal itu dibantah lulusan Fakultas Teknik Kimia, Universitas Diponegoro dan Magister Manajemen dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM, Jakarta, itu.
****
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona