Dampak 7-Eleven Ditutup, 1.300 Karyawan Kena PHK

15 Desember 2017 15:39 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gerai 7 Eleven (Foto: flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Gerai 7 Eleven (Foto: flickr)
ADVERTISEMENT
PT Modern Internasional Tbk (MDRN) beserta entitas anak, termasuk di dalamnya PT Modern Sevel Indonesia (MSI), sejak tahun 2015 sudah menjalankan strategi restrukturisasi dan konsolidasi perusahaan, termasuk di dalamnya secara aktif mencari investor baru untuk melakukan pengembangan bisnis 7-Eleven.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, per tanggal 30 Juni 2017, perseroan mengambil keputusan untuk melakukan penghentian operasional seluruh gerai-gerai 7-Eleven setelah rencana transaksi material perseroan atas penjualan dan transfer segmen bisnis restoran dan convenience store di Indonesia dengan merek waralaba 7-Eleven beserta aset-aset yang menyertainya oleh PT Modern Sevel Indonesia sebagai salah satu entitas anak dari perseroan kepada PT Charoen Pokphand Restu Indonesia, mengalami pembatalan karena tidak tercapainya kesepakatan atas pihak-pihak yang berkepentingan.
Mengutip keterbukaan informasi perseroan yang disampaikan kepada Bursa Efek Indoenisa (BEI), Jumat (15/12), jumlah total karyawan yang terkena dampak dari penghentian bisnis 7-Eleven ini kurang lebih sebanyak 1.200-1.300 orang. Kewajiban-kewajiban kepada karyawan akan diselesaikan sesuai peraturan yang berlaku.
Adapun manajemen menyadari bahwa penghentian kegiatan operasional 7-Eleven yang telah berdiri sejak tahun 2009 di Indonesia disebabkan oleh banyak faktor baik faktor internal maupun eksternal.
ADVERTISEMENT
Untuk saat ini, penghentian operasional bisnis 7-Eleven merupakan pilihan terbaik bagi perseroan karena bisnis 7-Eleven mengalami kerugian yang signifikan dan terus-menerus menggerus modal kerja perseroan.
Manajemen menyadari bahwa keputusan ini merupakan salah satu risiko bisnis yang harus dihadapi perseroan.
Gerai 7-Eleven yang masih beroperasi di SCBD. (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gerai 7-Eleven yang masih beroperasi di SCBD. (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
Di samping itu, perseroan juga mendapatkan pembelajaran bahwa ekspansi gerai 7-Eleven dilakukan terlalu cepat di awaal di aman sebagian besar kebutuhan ekspansi tersebut dibiayai oleh pinjaman, kewajiban pembayaran bunga dan pokok pinjaman yang signifikan mengganggu modal kerja yang dapat digunakan untuk operasi bisnis 7-Eleven.
Ditambah lagi dengan daya beli masyarakat yang melemah sejak tahun 2015 dan terus berkelanjutan di tahun 2016 dan awal 2017, serta pertumbuhan bisnis ritel yang melambat juga menjadi salah satu kendala dalam pengembangan bisnis 7-Eleven.
ADVERTISEMENT
Hal ini semakin diperparah dengan adanya pelarangan penjualan minol di gerai-gerai mini market yang efektif berlaku per April 2015. Pelarangan penjualan minol ini juga mempengaruhi penjualan snack and confectionary sehingga penurunan penjualan sangat signifikan.
Selain itu, persaingan bisnis ritel khususnya di bidang convenience store semakin lama semakin tinggi dan ketat dengan banyaknya pemain baru yang masuk.
Persaingan bisnis yang sangat ketat ini bukan hanya dirasakan oleh bisnis 7-Eleven tetapi juga banyak pemain ritel convenience store dengan brand kuat dari luar yang sudah terlebih dulu melakukan penghentian operasi bisnis mereka.
Dalam proses restrukturisasi bisnis yang dimulai pada tahun 2015 dengan tujuan untuk menyelamatkan perseroan dan seluruh karyawan yang ada, perseroan melakukan segala daya upaya untuk mendapatkan investor strategis untuk membalikkan keadaan bisnis ke arah lebih baik.
ADVERTISEMENT
Namun kurangnya dukungan dan kerja sama dari Master Franchisor Sevel Eleven Inc (SEI) dengan menerapkan persyaratan yang sangat memberatkan, antara lain salah satunya adalah dengan hanya memberikan waktu masa berlaku franchise selaam 1 tahun bagi investor untuk menyelesaikan segala masalah yang ada.
Dengan syarat-syarat yang memberatkan tersebut, hal ini mengakibatkan para investor potensial yang telah diusahakan mengurungkan niatnya untuk melakukan investasi.