Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Penyebaran virus corona membuat banyak masyarakat memburu vitamin c untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Sejak ada virus ini, pemerintah memang selalu meningkatkan agar masyarakat menjaga daya tubuh, salah satunya meningkatkan imun.
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GP Farmasi), Daradjatun Sanusi mengatakan, penjualan vitamin c di apotek naik hingga 7 kali lipat. Tak hanya jumlah pembelian strip atau tabletnya yang naik tajam, tapi juga dosis yang diburu masyarakat ikut tinggi.
"Saya enggak tahu angka pastinya, tapi ada info naik di atas 7 kali lipat. Tapi 7 kali lipat itu yang tadinya konsumsi 100 mg (mili gram) atau 200 mg kemudian naik 1000 mg itu saja sudah lima kali. Belum lagi jumlah yang minumnya, bukan hanya yang sakit, terlebih untuk yang jaga kesehatan. Jadi konsumsinya dari jumlah penggunan dan dari dosis yang mereka minum," kata dia saat dihubungi kumparan, Kamis (9/4).
Dari kenaikan tersebut, dia mengatakan paling banyak didorong oleh pembeli yang biasanya jarang atau hanya sesekali mengkonsumsi vitamin c. Untuk membentengi diri dari virus corona, mereka jadi rajin minum vitamin ini. Sedangkan masyarakat yang terbiasa meminum vitamin c lantas menaikkan jumlah dosisnya, jumlahnya tak terlalu banyak.
ADVERTISEMENT
kumparan pun mencoba mencari vitamin c di platform pembelian obat digital Halodoc. Hasilnya, vitamin c seperti C IPI 50 mg yang dijual Rp 5.000 tak ada alias stok kosong.
Bahan Baku Impor dari China Sulit Didapat
Daradjatun mengaku sudah menyampaikan ke para produsen obat farmasi di GP Farmasi agar meningkatkan produksi vitamin c bagi yang masih memiliki bahan baku. Akan tetapi, banyak produsen yang kesulitan mencari bahan baku yang masih diimpor dari China.
Karena virus corona menyebar luas, hampir semua negara mencari bahan baku vitamin c. Kalau pun mau impor saat ini, barang tak bisa langsung ada.
"Yang jadi masalah ini kan bahan baku tidak selalu tersedia cepat sebab kita impor dari China dan juga negara lain kan memerlukan, bukan cuma Indonesia saja. Jadi banyak hal berfokus pada sumber produsen dan bahan baku utama," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya sulit mendapatkan bahan baku, para produsen dalam negeri juga tertekan dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS karena corona. Di sisi lain, produsen harus tetap memasok vitamin c ke rumah sakit untuk pasien BPJS Kesehatan. Diakuinya, memasok obat ke sana cukup berat karena pembayarannya tak kunjung cair.
"Kalau yang enggak punya bahan baku kan harus order dan butuh waktu. Enggak semua orang mampu membeli karena kita juga melayani JKN untuk BPJS, itu juga kan harus dilayani dan butuh finansial kuat karena pembayarannya sangat tidak menentu padahal jumlah utang mereka banyak sekali," jelasnya.
Meski begitu, Daradjatun tak membatasi masyarakat yang ingin membeli vitamin c selagi bisa didapatkan di apotek. Dengan begitu, masyarakat bisa meningkatkan daya tahan tubuh dan swamedikasi.
ADVERTISEMENT