Dampak Cuitan Trump: Bursa Asia dan Rupiah Rontok

7 Mei 2019 7:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja beraktivitas di atas layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia. Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja beraktivitas di atas layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia. Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
ADVERTISEMENT
Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas. Presiden AS Donald Trump menilai perundingan yang selama ini dilakukan ternyata tidak cukup membuahkan hasil. Singkatnya, Trump kecewa dengan perundingan yang menurutnya berjalan lambat.
ADVERTISEMENT
Atas dasar alasan tersebut, lewat akun Twitternya, Donald Trump kembali berkicau. Trump mengancam akan menaikkan tarif hingga 25 persen terhadap produk-produk impor asal China yang bernilai USD 200 miliar. Tarif ini dinaikkan dari pengenaan sebelumnya yang senilai 10 persen.
Ditulis The Wall Street Journal, Senin (6/5), Trump juga mengancam akan mengenakan tarif terbaru sebesar 25 persen terhadap produk asal Negeri Bambu bernilai USD 325 miliar yang masih belum dikenakan tarif.
Pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
"Perundingan dengan China berjalan tapi terlalu lambat karena China berusaha melakukan renegosiasi. Tidak!” tweet Trump, Minggu (5/5). Cuitan Trump tersebut tak ayal menimbulkan gejolak di hampir seluruh pasar modal Asia. Perdagangan bursa saham di Asia terpukul pada Senin (6/5). Seluruh indeks saham di Asia merah.
ADVERTISEMENT
Ditulis CNBC, Senin (6/5), indeks saham di China atau SSE Composite Index paling terpukul yakni jatuh di atas 6 persen. Mengutip data marketwatch, indeks Shanghai anjlok 194,11 poin (6,31 persen) ke 2.884,23. Sedangkan di Hong Kong, indeks Hang Seng juga terjun bebas sebesar 980,54 poin (3,26 persen).
"Saham perusahaan telekomunikasi China, ZTE di indeks Hong Kong anjlok 9 persen, di mana perusahaan terlibat dalam topik perang dagang antara Washington dan Beijing," tulis CNBC.
Ilustrasi Dolar-Rupiah Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Sementara itu, bursa saham di Jepang dan Korea Selatan pada perdagangan kemarin masih libur. Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari Senin (6/5) ditutup jatuh 63,107 poin (1,00 persen) ke 6.256,353. Tak hanya bursa saham Asia, harga minyak dunia juga terjun bebas pada perdagangan Senin kemarin. Harga minyak mentah dunia jenis Brent turun 2,23 persen ke USD 69,27 per barel.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pergerakan rupiah juga cukup terpukul sepanjang hari. Dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat terhadap rupiah. Mata uang Paman Sam tersebut menembus level Rp 14.300.
Mengutip data perdagangan Reuters, Senin (6/5), dolar AS dibuka di Rp 14.250 dan sempat turun ke level terendahnya di Rp 14.240. Namun tak berselang lama, dolar AS langsung meroket dan menyentuh posisi tertingginya di Rp 14.310. Hingga penutupan pasar spot, dolar AS berada di Rp 14.290. Artinya, rupiah melemah 0,28 persen dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.