news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Dampak Indonesia Resesi: Cari Kerja Makin Susah dan Kemiskinan Melonjak

5 November 2020 12:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Potret kemiskinan di Indonesia. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Potret kemiskinan di Indonesia. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia kembali terkontraksi 3,49 persen di kuartal III 2020. Dengan demikian, Indonesia mengalami resesi setelah kuartal sebelumnya juga minus 5,32 persen.
ADVERTISEMENT
Dengan negatifnya pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut, hal itu mengartikan suatu negara mengalami resesi. Sebelumnya Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memproyeksikan ekonomi akan minus 2,9 persen hingga minus 1 persen pada kuartal III ini. Artinya, resesi lebih dalam dari yang diperkirakan pemerintah.
Kemenkeu bahkan menyebut Indonesia sudah masuk zona resesi sejak kuartal I tahun ini. Sebab, ekonomi mengalami perlambatan yang cukup signifikan, dari yang biasanya tumbuh di kisaran 5 persen.
“Kalau dilihat di kuartal I melambat di bawah 5 persen, kuartal II apalagi, dalam sekali. Kuartal III expect di kisaran minus 2,9 persen dan minus 1 persen, berarti sudah resesi, sudah perpanjangan perlambatan ekonomi kita,” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Febrio Kacaribu, Jumat (25/9).
ADVERTISEMENT
Lantas apa saja dampak dari resesi?

1. Daya Beli Turun

Dunia usaha tentu merasakan dampak resesi. Perusahaan akan melakukan penghematan besar-besaran. Akibatnya, gelombang PHK tak bisa dihindari hingga angka kemiskinan yang bertambah.
Konsumsi rumah tangga sebagai pendorong ekonomi domestik otomatis menurun. Selain itu, masyarakat juga mulai menghemat pendapatannya. Daya beli pun akan turun.
"Mereka yang kehilangan income, akan kehilangan daya beli, mengurangi konsumsi. Mereka yang masih punya income, juga akan menunda konsumsi, utamanya pada barang sekunder atau barang mewah," kata Direktur Riset Core Indonesia, Piter Abdullah.
Ilustrasi belanja di pasar swalayan. Foto: Shutterstock

2. Sulit Cari Kerja

Selain daya beli yang menurun, para pencari kerja akan semakin sulit. Perusahaan yang tak kuat menanggung resesi, akan mengurangi jumlah karyawannya bahkan menutup usahanya. Sementara perusahaan yang masih mampu bertahan, diprediksi tak menerima karyawan baru.
ADVERTISEMENT
Dari survei data BPS yang dilakukan sejak Januari-April 2020, jumlah perusahaan yang memasang iklan lowongan kerja menurun drastis.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, survei itu dilakukan pada situs pencarian lowongan kerja. Hasilnya, jumlah perusahaan yang memasang iklan lowongan kerja turun lebih dari 50 persen di April 2020, sementara jumlah iklan lowongan kerja turun lebih dari 75 persen.
“Dari sisi perusahan kelihatan sekali jumlah lowongan kerja turun sekali,” kata Suhariyanto saat rapat kerja virtual dengan Komisi XI DPR RI, Kamis (30/4).
Ilustrasi Pengangguran Foto: Pixabay
Secara rinci, jumlah iklan lowongan kerja pada April 2020 hanya mencapai 2.439 lowongan, merosot tajam hingga 78 persen jika dibandingkan dengan periode Maret 2020 yang mencapai 11.090 lowongan.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk perusahaan yang memasang iklan lowongan kerja, pada periode Maret 2020 masih terdapat 502 perusahaan, sementara di April 2020 hanya 235 perusahaan. Artinya, terjadi penurunan 53,18 persen dalam waktu satu bulan saja.
Bahkan pemerintah memprediksi angka pengangguran diprediksi naik 2,92 juta orang dalam skenario berat dan naik 5,23 juta orang dalam skenario sangat berat.

3. Kemiskinan Meningkat

Di samping itu, angka kemiskinan juga akan meningkat. Pemerintah memproyeksi angka kemiskinan bertambah 1,89 juta orang pada skenario berat dan bertambah 4,86 juta orang pada skenario sangat berat di tahun ini.
Bahkan Bank Dunia memprediksi angka kemiskinan di Indonesia bisa meningkat 5,5 juta orang di tahun ini. Dan dalam skenario terberat, dengan catatan Indonesia terkena gelombang kedua COVID-19, kemiskinan bisa meningkat hingga 8 juta orang.
Potret kemiskinan di Indonesia. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Ekonom Piter Abdullah menjelaskan, dampak resesi ekonomi akan berbeda tiap negara. Singapura misalnya, meskipun negara tersebut mengalami resesi, namun rakyatnya masih akan sejahtera. Pemerintah Singapura jor-joran memberikan stimulus kepada rakyatnya. Mereka menganggarkan stimulus hampir SGD 100 miliar atau setara 20 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura.
ADVERTISEMENT
“Kalau menderita mungkin enggak, karena tingkat kesejahteraan mereka sudah tinggi. Mereka pasti mengalami penurunan income, tapi tidak membuat mereka jatuh ke jurang kemiskinan," jelasnya.
Sementara di Indonesia, pemerintah menyiapkan anggaran Rp 695,3 triliun atau setara dengan 4,3 persen dari PDB Indonesia.