Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Dana Asing Banyak Kabur Jadi Penyebab Rupiah Melemah
23 April 2018 14:04 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB

ADVERTISEMENT
Rupiah masih tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Saat ini, nilai tukar rupiah berada di level Rp 13.895/dolar AS. Rupiah sempat menembus level tertinggi yaitu Rp 13.900 pada Sabtu (21/4).
ADVERTISEMENT
Laju pelemahan nilai tukar rupiah sudah diprediksi oleh banyak kalangan pasar keuangan. Rupiah mengalami depresiasi karena murni dari faktor eksternal. Salah satunya adalah ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang diprediksi hingga tiga kali.
Akibatnya, investor mengambil ancang-ancang lebih cepat dengan membawa dana yang mereka simpan di negara berkembang, termasuk Indonesia, ke negara yang dinilai lebih menguntungkan seperti AS. Sehingga ketika ada pengumuman kenaikan suku bunga The Fed, pasar keuangan global tidak begitu panik.
"Kalau kita lihat saat ini salah satu indikatornya itu US Treasury 10 tahun ini sudah mendekati 3% yaitu 2,9% dan menunjukkan ada flow (aliran). Jadi ada flow bahwa sudah banyak melepas untuk yang jangka panjang," ungkap Direktur Treasury & International Banking PT Bank Mandiri Tbk (Persero) Darmawan Junaidi saat ditemui di Plaza Mandiri, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (23/4).
ADVERTISEMENT

Pun demikian, dia tidak melihat faktor internal menjadi penyebab rupiah melemah. Kondisi fundamental ekonomi Indonesia dianggapnya saat ini masih cukup baik. Cadangan devisa yang dimiliki Indonesia sebesar USD 128,06 miliar juga dianggap ideal untuk pembiayaan 7,9 bulan impor atau 7,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
"Para investor (asing) yang sudah punya investasi di sini akan menerima dividen, tentunya akan dia bawa ke negara asalnya. Jadi kalau kita melihat, kondisi moneter di Indonesia cukup baik, kondisi ekonomi juga bagus, cadev (cadangan devisa) juga cukup. Rasanya sih ini akan terus terjaga," tuturnya.
Dia yakin, pelemahan nilai tukar rupiah terjadi hanya sementara. Hanya saja, pemerintah harus menentukan sikap karena di saat harga rupiah jatuh justru harga minyak mentah dunia naik. Hal ini sangat membebani Indonesia mengingat sebagian besar kebutuhan BBM Indonesia harus diimpor dari berbagai negara.
ADVERTISEMENT
"Rupiah bukan semakin melemah dan kinerjanya yang tidak baik. Tapi karena kondisi pasar ada pengaruh dari sekarang ada harga minyak dunia yang terus mendekati USD 70 per barel," jelasnya.