Dana Darurat Kesehatan, Emas dan Reksa Dana Bisa Jadi Opsinya

5 Januari 2023 16:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi asuransi. Foto: Inna Dodor/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi asuransi. Foto: Inna Dodor/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho menjelaskan, tabungan dana darurat untuk kesehatan tidak selalu harus dalam bentuk tunai, melainkan bisa dalam bentuk logam mulia seperti emas bahkan reksa dana hingga deposito.
ADVERTISEMENT
"Tidak dalam bentuk uang cash, boleh dalam bentuk instrumen investasi namun dengan catatan harus bisa cepat dicairkan lagi. Salah satunya emas atau logam mulia. Kedua, yang cepat dicairkan lagi itu reksa dana," kata Andy kepada kumparan, Kamis (5/1).
Untuk reksa dana, Andy menyarankan agar memilih reksa dana yang berbasis di pasar umum atau di pendapatan tetap, bukan reksa dana di dana campuran atau dana saham. Selain itu, disarankan untuk memilih reksa dana dengan risiko yang rendah atau menengah.
"Yang dihindari adalah pilihan dana darurat yang diwujudkan dalam bentuk properti. Saham itu juga cepat cair tapi risikonya tinggi," ujarnya.
Andy Nugroho. Foto: Dok. Pribadi
Selain memiliki dana darurat, Andy menyarankan agar memiliki asuransi kesehatan. Alasannya, asuransi kesehatan dapat memberikan penjaminan fasilitas kesehatan lebih besar atau coverage lebih besar dan berkali lipat dari besaran nominal premi yang harus dibayarkan setiap bulan. Sehingga apabila biaya pengobatan tidak bisa ditutup dari dana darurat, maka bisa mengandalkan asuransi.
ADVERTISEMENT
"Kalau saya bilang split agar lebih bagus. Dana darurat itu idealnya kita sisihkan 10 persen dari penghasilan. 5 persen kita bayarkan dalam bentuk asuransi, 5 persen dalam bentuk dana cash," jelasnya.
Namun, Andy mengatakan bahwa dalam memilih asuransi perlu diperhatikan kemampuan dalam membayar preminya setiap bulan. Menurutnya, besaran premi yang ideal adalah 5 persen dari penghasilan.
"Jangan sampai demi megejar coverage yang luas tapi kita jadi keberatan bayar preminya. Preminya idealnya paling tidak 5 persen dari penghasilan kita," pungkasnya.