Danantara Harus Go Internasional, Agar RI Susul Pendapatan per Kapita Jepang

30 Januari 2025 19:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kantor Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) di Jl.RP. Soeroso, Menteng, Jakarta. Foto: Muhammad Heriyanto/Antara
zoom-in-whitePerbesar
Kantor Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) di Jl.RP. Soeroso, Menteng, Jakarta. Foto: Muhammad Heriyanto/Antara
ADVERTISEMENT
Pendapatan per kapita Indonesia dinilai bisa menyusul Jepang, jika lembaga perusahaan di bawah Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) bisa masuk kancah internasional.
ADVERTISEMENT
Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Didik J. Rachbini, mengatakan hanya dengan cara tersebut, pendapatan per kapita Indonesia melesat mengalahkan Jepang.
“Jadi Danantara ini tidak boleh diposisikan sebagai BUMN yang dipisah. Tetapi mungkin ada statement bapak-ibu sekalian yang clear, yang jelas. Bahwa dipertandingkan ke internasional. Hanya dengan itulah kita akan bisa menyusul Jepang,” kata Didik dalam RDPU dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (30/1).
“Pendapatan Indonesia kan USD 4.800. Nggak kemana-mana 10 tahun ini. Zaman Pak Jokowi nggak kemana-mana, USD 4.500 nggak kemana-mana. Mestinya sudah USD 7.000,” imbuhnya.
Sementara, jika pendapatan per kapita masih di bawah USD 10.000 maka ada potensi Indonesia turun status menjadi negara miskin.
Didik J Rachbini. Foto: Universitas Paramadina
Di sisi lain, Didik mengapresiasi langkah Presiden Prabowo Subianto dalam pembentukkan Danantara ini. Menurut dia, ini merupakan langkah untuk mengejar ketertinggalan dari Malaysia dengan Khazanah Nasional Berhad, dan Temasek Holdings di Singapura.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, meskipun bukan aset milik negara, Danantara memiliki aset hampir Rp 10.000 triliun, milik Bank Mandiri, BNI, dan lain-lain.
"Tapi resource yang besar itu bisa untuk, dengan satu kebijakan bisa untuk bersaing pada level negara,” jelasnya.
Dia kemudian menyoroti keberhasilan China dalam membangun perekonomian, sehingga bisa jadi negara yang maju. Menurut dia, kuncinya adalah berdaya saing ekspor.