Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Bisnis ritel terus berguguran dalam beberapa tahun terakhir. Kemudahan berbelanja melalui digital menjadi salah satu penyebab menurunnya kinerja industri ritel.
ADVERTISEMENT
Belum lagi efek pandemi COVID-19 yang berjalan selama setahun penuh membuat, department store terus kolaps. Pengelola merasa pandemi telah membuat orang-orang mengurungkan belanja offline, ditambah kebijakan-kebijakan dari pemerintah yang kian membatasi pergerakan masyarakat.
Berikut kumparan merangkum bisnis ritel yang berguguran di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir:
7-Eleven
Jaringan toko kelontong atau istilahnya convenience store 24 jam asal Amerika Serikat (AS), 7-Eleven pernah berjaya sekitar tahun 2009. Anak-anak muda Ibu Kota sempat menjadikan tempat ini sebagai gaya hidup ‘anak gaul jakarta’ karena fasilitas dan konsep modern yang ditawarkan cukup menarik.
PT Modern Internasional Tbk sebagai pengelola yang membawahi 7-Eleven sempat berencana melebarkan sayap ke luar Jakarta. Namun, nahasnya pada 30 Juni 2017 seluruh gerai terpaksa ditutup karena
ADVERTISEMENT
Hal ini setelah kegagalan akuisisi bisnis senilai Rp 1 triliun dari Modern Internasional kepada grup usaha pakan ternak terbesar di tanah air, PT Charoen Pokphand Tbk (CPIN).
Kegagalan akuisisi ini diumumkan pada awal Juni 2017, hanya dalam kurun waktu enam minggu setelah rencana akuisisi ini diumumkan oleh perusahaan asal Thailand tersebut.
Matahari Department Store
Gerai ritel populer , Matahari Department Store (MDS) turut mengalami nasib yang berat. PT Matahari Department Store Tbk tak mampu membendung pandemi COVID-19 yang mengakibatkan pendapatan perusahaan menurun, puncaknya pada kuartal I 2021 menderita kerugian Rp 95 miliar.
Perusahaan akan menutup 13 gerai tahun ini, sementara pada tahun lalu perusahaan telah menutup 25 gerai. Hal ini seiring pemasaran melalui channel digital.
ADVERTISEMENT
Hingga Desember 2020 perusahaan memiliki 147 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia. Matahari pertama dibuka pada tahun 1958 di Pasar Baru, Jakarta Pusat sekaligus menjadi pionir toko berkonsep department store pertama di Indonesia pada tahun 1972.
Giant
Kini sahamnya dimiliki oleh Hero Supermarket Group. Hingga Agustus 2010, telah dibuka 46 hypermarket Giant dan 104 gerai supermarket Giant di Indonesia. Dalam perjalanannya Giant menutup seluruh jaringan operasinya di tahun 2019 ini.
Tutupnya toko swalayan kelompok Hero Supermarket Group ini menambah panjang daftar ritel yang gulung tikar karena sebelumnya sudah ada pemain besar yang sudah berhenti operasi karena merugi.
ADVERTISEMENT
Debenhams
Department Store asal Inggris, Debenhams turut meramaikan gugurnya industri ritel tanah air. Perusahaan yang telah berusia 242 tahun ini akhirnya menyerah pada tahun 2017 di bawah pengelola PT Mitra Adiperkasa Tbk atau MAP.
MAP sendiri telah mengoperasikan tiga outlet Dabenhams di Kemang Village, Supermall Karawaci, dan Senayan City. Persaingan ketat di industri ritel membuat perusahaan yang didirikan oleh William Dabenham tutup .
Centro
Perusahaan retail Centro gulung tikar setelah resmi dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus). Majelis hakim membacakan putusan setelah adanya voting dari para kreditur.
Centro Department Store merupakan sebuah perusahaan retail di Indonesia. Pertama kali hadir di dunia retail Indonesia, tepatnya di The Plaza Semanggi Jakarta pada bulan November 2003.
ADVERTISEMENT
The Plaza Semanggi merupakan pilihan yang tepat, karena terletak di tengah kawasan sentra bisnis yang strategis dan eksklusif.
Setelah itu, Centro kembali mendirikan gerai-gerai baru di berbagai kota besar di Indonesia, yaitu Centro Discovery Shopping Mall Bali, Centro Margocity Depok, Centro Plaza Ambarrukmo Yogyakarta, Centro Mall of Indonesia, Centro Galaxy Mall Surabaya, Centro Summarecon Serpong, Centro Solo Paragon Lifestyle Mall, dan Centro Bintaro Jaya Xchange.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APBBI), Alphonzus Widjaja, mengaku jika sektor ritel mengalami pukulan telak selama pandemi.
“Salah satu sektor usaha ritel yang mengalami kondisi paling berat selama pandemi adalah sektor usaha sandang, busana dan apparel,” katanya kepada kumparan, Selasa (18/5).