Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Dari Hobi Bikin Pensi Kala SMA, Kini Bisa Rekrut Ratusan Pekerja
10 Juli 2024 18:34 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Kecintaan atas seni dan kreativitas membawa Ferrisyah berkecimpung ke dalam dunia event organizer (EO). Bermula dari kegiatan-kegiatan kecil di zaman masih sekolah, CEO Syah Creative Indonesia itu lantas menekuni berbagai usaha yang tak jauh-jauh dari hobinya.
ADVERTISEMENT
Ferri mengenang momen 25 tahun silam saat ia aktif merancang acara pensi SMA.
"Saya angkatan 99 lumayan paling seru ya, kita ada pensi (pentas seni). Selesai SMA kita bikin distro namanya Elevate," cerita Ferri kepada kumparan.
Minat untuk berbisnis di bidang seni itu membawanya menjadi CEO sedari lulus SMA. Menggeluti dunia usaha itu pun ia lakoni sambil berkuliah.
Berbekal bisnis sendiri itu, Ferri yakin mampu membiayai hidupnya sendiri tanpa sokongan uang jajan dari orang tua lagi.
"Lulus SMA (tahun) 99, (umur) 18 tahun udah berbisnis. Bisa beli mobil sendiri untuk mempermudah usaha. Tahun pertama berbisnis ngomong sama orang tua, dulu tinggal Ibu doang, Bapak udah meninggal," ceritanya.
ADVERTISEMENT
"Enggak usah biayain saya lagi deh, jadi Mama cukup support dan doain. Itu sambil kuliah waktu itu," lanjut Ferri.
Setelahnya, lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti itu pun malang melintang membuat perusahaan yang bergerak tak jauh-jauh dari kreativitas. Dari distro kemudian ke bisnis franchise, agency hingga akhirnya lahirlah Syah Creative Indonesia yang berfokus di bidang event organizer.
Bermodal keyakinan event organizer punya masa depan yang bagus di Indonesia, Ferri merintis usaha kesekiannya itu pada 2019. Ia mengaku Syah Creative Indonesia justru mendapat momentum untuk meroket kala pandemi COVID-19 melanda, saat industri MICE (meeting, insentive, conference, and exhibition) berjatuhan lantaran adanya pembatasan pergerakan masyarakat.
"2020 COVID-19, justru inilah asal muasal naiknya Syah Creative Indonesia, kita justru makin naik di tengah COVID-19. Yang lain pada jeblok kita naik," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Ferri mengungkapkan, berbagai terobosan yang menyesuaikan kebutuhan dalam penanganan waktu itu membuat bisnis mereka berjalan dengan baik. Ia mencontohkan bagaimana Syah Creative Indonesia menginisiasi konsep kegiatan upacara virtual hingga hybrid.
"Saat itu platform digital virtual belum ada, kita bikin upacara di Istana virtual. Karena kita dulu anak agency, anak kreatif," lanjutnya.
Riset dan Kolaborasi
Menurut Ferri, riset menjadi kunci dalam mengelola beragam kegiatan. Dengan mengetahui apa pun yang tengah digemari di tengah masyarakat, terutama generasi muda saat ini, bisa menunjang acara-acara yang diadakan terselenggara dengan meriah.
Ia mencontohkan dengan mengombinasikan acara peluncuran produk dengan dimeriahkan konser penyanyi-penyanyi yang tengah disukai masyarakat.
"Treatment-nya menyajikan apa sih yang masyarakat suka, pasti masyarakat akan datang. Riset harus dalam, dan kreativitasnya harus," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Bekal riset, inovasi dan kolaborasi dengan berbagai pihak, kata Ferri, jadi keuntungan mereka untuk akhirnya dipercaya mengelola acara-acara besar. Tak jarang, perusahaannya itu mendapat klien besar baik dari kegiatan pemerintah maupun BUMN.
Peresmian wajah baru Taman Mini Indonesia Indah (TMII), HUT Bhayangkara, hingga BSI International Expo 2024 adalah di antaranya yang dirancang oleh Syah Creative Indonesia.
Menurut Ferri lagi, selain mengawinkan kegiatan dengan hal-hal yang menarik minat orang untuk datang, membuat klien merasa terbantu dalam banyak hal lain seperti branding, juga menjadikan mereka dipercaya mengelola acara.
Acara Bank Syariah Indonesia misalnya yang ia sebut mampu menarik perhatian banyak anak muda. Banyaknya spot foto yang instagramable serta rasa penasaran menyaksikan banyak artis berjualan langsung, mendorong mereka buat datang ke acara.
ADVERTISEMENT
"BSI Expo target kita sehari cuma 5 ribu, 4 hari kan berarti cuma 20 ribu, tapi kita dapat 52 ribu. Total transaksinya dari target Rp 1 triliun jadi Rp 2,4 triliun," sambung Ferri.
Rekrut Ratusan Pekerja
Tak cuma sekadar karena hobi, Ferri mengaku senang terjun dalam dunia event lantaran besarnya dampak terhadap banyak orang. Ia mencontohkan salah satunya adalah banyaknya pekerja kreatif yang bisa direkrut kala mereka kehilangan peluang imbas COVID-19.
"Teman-teman yang tadinya pas sebelum COVID-19 kerja bareng, banyak yang dulunya mereka itu kita bilang misalnya top 5, top 10-nya di event lah ya, susah nyari mereka walaupun freelance. Tapi pas COVID-19 mereka pada enggak dipakai (dipekerjakan), enggak ada yang mau pakai, kita make. Jadi akhirnya emosionalnya saat kita yang calling dia bisa batalin yang lain," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Ferri mengungkapkan, jumlah pekerja informal yang mampu ia pekerjakan di tiap event itu bisa mencapai 500 orang. Dengan rata-rata event yang ia kelola tiap bulan 5-7 event atau hingga 60-an acara tiap tahunnya.
"Yang freelance sudah banyak. Kita per event aja kayak Hari Bhayangkara kemarin ya, untuk handle bisa sampai 500 orang," jelasnya.
Ini belum dihitung multiplier effect untuk bisnis lainnya seperti percetakan kaus, hingga tenant-tenant yang kerap meramaikan acara.
"Kaus yang udah kita cetak kemarin vendor t-shirt kita setahun bilang: Bang lu mau tahu enggak total tahun ini nyetak t-shirt udah berapa? Udah sekitar 35 ribu t-shirt. T-shirtnya Syah buat crew, banyak juga," ujarnya.
Dengan semua dampak terhadap sektor usaha dan pembukaan lapangan kerja tersebut, Ferri menegaskan dirinya ke depan masih akan tetap menggeluti dunia kreatif ini.
ADVERTISEMENT
"Saya sih tetap di jalurnya kreatif industri, jadi memang passion saya kan industrinya enggak lari dari kreatif industri lah. Kayak agency, distro, event, semuanya pasti akan tetap kita gabungkan semua yang berhubungan dengan kreatif," tegasnya.