Dari Kuningan Hingga Warung Mi Instan Kekinian

17 Januari 2017 13:31 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Pengunjung kuliner Warung Abang Adek. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung kuliner Warung Abang Adek. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Luas warung kopi dan mi instan Condong Raos yang berada di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, ini kira-kira hanya 4x3 meter persegi atau hanya cukup menampung 10 orang. Tapi, dari pagi hingga malam hari warung tak pernah sepi, ada saja pelanggan yang datang untuk sekadar menyantap mi yang per porsinya Rp 8000. “Ada kopi dan bubur juga. Sehari bisa dapat Rp 400 ribu,” kata Bagus, pelayan warung kepada kumparan, Senin (16/1).
ADVERTISEMENT
Condong Raos merupakan salah satu warung mi yang pemiliknya orang Kuningan, Jawa Barat. Di Jakarta, jumlah warung serupa mencapai ratusan yang tersebar di berbagai wilayah Ibu Kota. Sementara populasi warung mi asal Kuningan yang paling banyak ada di Yogyakarta, yakni mencapai 1.500 warung, yang tergabung dalam Paguyuban Pengusaha Warung Kuningan (PPWK).
Sebagian besar warung mi asal Kuningan yang berada di Jakarta hingga saat ini masih mempertahankan karakter warungnya: Kapasitas terbatas, ada panci besar di meja, dan mi dijejerkan di dinding warung. Padahal, kini banyak warung atau kafe yang lebih modern yang menjual menu utama serupa. “Saya tidak merasa tersaingi. Omset saya sekarang meningat, sehari bisa habis 4 dus mi,” kata Badri, pemilik warung mi Cafe Siang Malam di kawasan Grogol, Jakarta Barat.
Warkop anak Kuningan khas dengan bubur kacang dan mie instan (Foto: Akbar Ramadhan)
zoom-in-whitePerbesar
Warkop anak Kuningan khas dengan bubur kacang dan mie instan (Foto: Akbar Ramadhan)
Ceruk pasar warung mi instan memang menggiurkan. Para pemilik, banyak yang mengubah konsep warung dari yang tadinya hanya seadanya, hingga diberi berbagai macam fasilitas dengan menu yang beragam. Warung mi (Warmindo) Abang Adek, misalnya. Dibanding kelas Warmindo yang lain, Abang Adek mempunyai tempat lebih besar. Selain itu, warung ini tengah hits dengan menu 'pedas gila' hingga 'pedas mampus'.
ADVERTISEMENT
Pemilik warung Abang Adek, Haji Sartono, bukan orang Kuningan, tapi asli Kebumen, Jawa Tengah. Saat merintis usahanya pada 1996, Sartono juga menggunakan konsep seperti warung mi instan Kuningan lainnya. Kini, Sartono bisa dibilang sukses. Warung Abang Adek miliknya sudah membuka 4 cabang dan tak pernah sepi. Omsetnya dalam sehari bisa mencapai Rp 20 juta. “Pegawai ada 10 orang,” kata Sartono.
Peluang bisnis mi instan juga dimanfaatkan PT. Citarasa Prima Indonesia Berjaya (Citarasa Prima Group - CRP Group). Perusahaan yang bermarkas di Bandung, ini membuat gerai bernama Warunk Upnormal. Saat ini, Upnormal memiliki 35 gerai yang tersebar di 15 kota. Pelanggannya rata-rata anak muda. Berkonsep warung mi modern dengan berbagai pernik yang disukai anak muda, tempat ini kini jadi lokasi paling digemari untuk nongkrong.
Para pengunjung warung up normal. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Para pengunjung warung up normal. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
kumparan mendatangi Warunk Upnormal di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Ada 150 menu mi instan yang diracik berbeda yang dijual di warung ini dengan harga mulai Rp 12.000 per porsi. Tak hanya masalah makanan, Upnormal juga menyediakan berbagai permainan seperti uno, ludo, hingga scrabble dan monopoli. Yang datang, diklaim mencapai 1.000-an orang per hari. “Kami memang menyasar anak muda dan mahasiswa agar Upnormal jadi pusat tongkrongan mereka,” kata Abdul Salam, Asisten Manajer Warunk Upnormal cabang Tebet.
ADVERTISEMENT
Sementara di Warunk Upnormal Margonda, Depok, desain tempat lebih minimalis dengan tidak menghilangkan nuansa warung mi biasa. Tapi, fasilitas dan interiornya lebih eksklusif ditambah fasilitas penunjang lainnya untuk para pelanggan. "Nyamannya persis seperti warkop. Cuma ini naik kelas, eksklusif, dan kekinian," tutur Edo Putra sebagai manajer outlet cabang Margonda.
Makan sambil bermain di warung Upnormal. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Makan sambil bermain di warung Upnormal. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Warunk Upnormal rencananya akan ekspansi besar-besaran. Konsep usaha yang ditawarkan menggunakan sistem kemitraan. Yang berminat membuka gerai membayar Rp 600.000.000 untuk bergabung menjadi mitra. Uang itu untuk lisensi merek selama 6 tahun dan pelatihan karyawan selama dua bulan.
Rencananya, ada 100 outlet lagi yang akan dibuka. Bahkan, Warunk Upnormal sesumbar akan go international dengan membuka satu outlet di Amerika dan berkantor cabang di Singapura atau Malaysia. Di gerai-gerai luar negeri itu, Warunk Upnormal akan tetap menawarkan mi instan sebagai menu utama.
ADVERTISEMENT
Dari mana sebenarnya ide dibentuknya Warunk Upnormal hingga bisa sesukses ini? Head of Promotion PT Cita Rasa Prima Group, Sari Sutedja, mengatakan perusahaannya memang sudah melihat pasar mi instan yang cukup menggiurkan di Indonesia. “Kami juga terinspirasi adanya Warmindo atau Burjo yang dari Kuningan,” katanya.