Dari PLTS Apung Saguling hingga PLTA Jatigede untuk Listrik RI yang Lebih Bersih

7 Oktober 2024 14:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PLTA Jatigede, Sumedang, Jawa Barat, Selasa (3/9). Foto: Argya D. Maheswara/Kumparan
zoom-in-whitePerbesar
PLTA Jatigede, Sumedang, Jawa Barat, Selasa (3/9). Foto: Argya D. Maheswara/Kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejumlah proyek energi baru dan terbarukan (EBT) skala besar dibuat PT PLN Indonesia Power (PLN IP) untuk Indonesia yang lebih bersih. Mulai membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di Waduk Singkarak 50 MW dan Saguling 60 MW hingga membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jatigede 110 MW yang akan segera diresmikan.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengatakan untuk PLTS terapung, mereka menggandeng mitra global tier 1. PLTS ini bisa melistrik banyak rumah.
“PLN Indonesia Power berhasil merealisasikan pembangunan pabrik Solar PV pertama dan terbesar di Indonesia dengan menggandeng Top Tier Solar PV Manufacture, hal tersebut merupakan bentuk dukungan PLN IP terhadap program Accelerated Renewable Energy Development (ARED),” katanya dalam keterangan resmi, Senin (7/9).
PLN Indonesia Power juga menjawab tantangan Growth Moonshot dan menjadikan perusahaan sebagai Global Player Geothermal nomer dua di dunia dengan mengelola 1.107,5 MW energi panas bumi.
Menurut dia, proyek-proyek besar itu menjadi legacy PLN IP dalam 29 tahun berdiri untuk memenuhi kebutuhan listrik di Tanah Air. "Seiring bertambahnya usia, kinerja PLN Indonesia Power berkembang menjadi perusahaan yang lebih sustain dan leading serta siap menjawab tantangan dan perubahan landscape secara global,"
ADVERTISEMENT
PLN IP juga membuat Green Hydrogen Plant Kamojang yang dibangun untuk menjadi pionir ekosistem hidrogen dari hulu hingga ke hilirnya Hydrogen Refueling Station atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Hidrogen yang berlokasi di Senayan, Jakarta.
Pembangunan PLTA Jatigede dengan kapasitas 2x25 MegaWatt di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Foto: PLN
Di sisi lain, hadirnya PLTU Suralaya 9-10 yang mengusung teknologi Ultra Selective Catalyc Production semakin memperkuat komitmen korporasi dalam pengembangan pembangkit rendah karbon. PLTU Suralaya 9-10 yang juga sebagai Pembangkit Hybrid PERTAMA di Indonesia ini juga memanfaatkan amonia hijau dan hidrogen hijau sebagai energi primernya.
Dalam mengakselerasi transisi energi, PLN Indonesia Power telah menjalankan proyek Hijaunesia yang diawali dari tahun 2023. Dimulai dari pengembangan proyek EBT pada 13 lokasi di Indonesia dengan membangun 12 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan 1 Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dengan total kapasitas 1.055 MW yang dilaksanakan secara bundling untuk mengakselerasi proses.
ADVERTISEMENT
Edwin melanjutkan, untuk mendukung upaya transisi energi yang berkelanjutan, PLN Indonesia Power selalu berkomitmen untuk menjalankan program penurunan emisi karbon, peningkatan efisiensi energi, demi mewujudkan masa depan energi yang lebih hijau serta berkelanjutan.
Penampakan PLTS Terapung Cirata di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
Hal ini telah dibuktikan dengan penerbitan perdana Sertifikat Penurunan Emisi PLTM Gunung Wugul yang diperdagangkan di Bursa Carbon Indonesia (IDX Carbon). Selain itu, korporasi juga menjalankan program cofiring sebagai green booster transisi energi yang memanfaatkan biomassa sebagai energi primer di PLTU.
“PLTU Sintang sukses menerapkan firing 100 persen biomassa dalam 24 jam secara kontinyu, 5 unit lain sudah uji coba 100 persen dan 15 unit lainnya sudah terimplementasi cofiring biomassa. Selain itu, PLN Indonesia Power juga telah sukses uji coba cofiring green hidrogen natural gas di PLTDG Persanggaran dan selanjutnya melakukan uji cofiring green amonia di PLTU Labuan. Hal ini dilakukan korporasi untuk mengurangi emisi karbon dan siap mendukung Net Zero Emission 2060,” ujar Edwin.
ADVERTISEMENT