Darmin Prediksi Ekonomi RI Hanya Tumbuh 5,12 Persen di Kuartal II 2019

2 Agustus 2019 17:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok. Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok. Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama kuartal II 2019 diperkirakan lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kondisi tersebut seiring dengan perlambatan ekonomi global yang terjadi saat ini.
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pada kuartal II 2019 pertumbuhan ekonomi diprediksi mencapai 5,12 persen, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu 5,27 persen.
Namun jika dibandingkan dengan kuartal I 2019, pertumbuhan ekonomi meningkat. Adapun pada kuartal tiga bulan pertama tahun ini, ekonomi tumbuh 5,07 persen.
"Saya dugaannya mestinya sedikit ada, dibulatkan 5,1 persen ke bawah, bukan ke atas. Ya 5,12 persen lah," kata Darmin di kantornya, Jakarta, Jumat (2/8).
Menurut Darmin, kondisi ekonomi global saat ini memang tidak menguntungkan. Tercermin dari proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang dikoreksi turun oleh Bank Dunia maupun Dana Moneter Internasional (IMF).
"Memang ekonomi dunia juga melambat, perdagangan melambat, ekspor kita masih belum, impornya malah turun beberapa bulan ini," katanya.
Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
Darmin mengatakan, konsumsi rumah tangga dan investasi masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2019. Meskipun dia mengakui ada tekanan dari sektor ekspor.
ADVERTISEMENT
Adapun neraca perdagangan Indonesia selama Juni mencatatkan surplus USD 200 juta. Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan surplus USD 220 juta.
Namun jika diakumulasikan sejak Januari hingga Juni 2019, neraca dagang Indonesia masih defisit USD 1,93 miliar. Angka ini bahkan melebar dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencatatkan defisit USD 1,2 miliar.
"Karena yang pertama investasinya juga oke, yang kedua konsumsi rumah tangga juga masih oke. Ekonomi kita motor pertamanya kan memang konsumsi masyarakat, baru investasi, baru ekspor-impor sebenarnya," tambahnya.