Data Pengangguran Naik, AS Menuju Jurang Resesi?

3 Agustus 2024 14:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dang Dolar AS. Foto: Antara/Puspa Perwitasari
zoom-in-whitePerbesar
Dang Dolar AS. Foto: Antara/Puspa Perwitasari
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Para investor menghadapi kekhawatiran bahwa Amerika Serikat (AS) kembali menuju resesi ekonomi, karena data pekerja AS menunjukkan kenaikan pengangguran dan bank sentral The Fed tak kunjung menurunkan suku bunga acuan.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari Reuters, Sabtu (3/8), Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan data tingkat ketenagakerjaan nonpertanian (nonfarm payrolls) meningkat sebesar 114.000 pekerjaan bulan lalu. Jumlah itu jauh di bawah perkiraan rata-rata 175.000 oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters.
Selain itu, setidaknya 200.000 pekerja yang menurut para ekonom diperlukan untuk mengimbangi pertumbuhan populasi. Tingkat pengangguran melonjak hingga 4,3 persen, mendekati level tertinggi dalam tiga tahun.
Ekspektasi penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada pertemuan The Fed bulan September mendatang melonjak menjadi 69,5 persen dari 22 persen pada sesi sebelumnya, menurut FedWatch Tool milik CME.
Ketua Dewan Cadangan Federal Jerome Powell berbicara pada konferensi pers setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal. Foto: AFP
Manajer portofolio Villere & Co, Lamar Villere mengatakan, sudah bisa pasti jumlah pekerjaan menjadi data paling disoroti menunjukkan bahwa ekonomi AS sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.
ADVERTISEMENT
"The Fed akan memangkas dan kita semua sudah menyesuaikan diri dengan itu, itu sudah pasti. Sekarang lebih seperti apakah mereka menunggu terlalu lama? Apakah kita menghadapi resesi?" ujarnya, dikutip Sabtu (3/8).
Data pekerjaan yang lemah juga dinilai oleh banyak orang sebagai indikator resesi yang akurat secara historis.
Adapun indeks saham AS Wall Street ditutup melemah pada penutupan Jumat (2/8). Nasdaq Composite tercatat sudah turun lebih dari 10 persen dari penutupan tertingginya di Juli 2024. Nasdaq berada di wilayah koreksi setelah laporan pekerjaan yang lemah memicu kekhawatiran akan datangnya resesi.
Sementara itu, S&P 500 ditutup pada level terendah sejak 4 Juni. Baik indeks acuan S&P maupun indeks saham unggulan Dow mengalami penurunan dua hari terbesar sejak Maret 2023.
ADVERTISEMENT