DBS Proyeksi Bank Indonesia Bakal Pangkas Suku Bunga di Akhir Tahun

7 Februari 2024 18:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Senior Economist DBS Bank Radhika Rao dan Equities Specialist DBS Group Research Maynard Arif dalam acara Indonesia Equity Market 2024 di Menara DBS, Rabu (7/2/2024). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Senior Economist DBS Bank Radhika Rao dan Equities Specialist DBS Group Research Maynard Arif dalam acara Indonesia Equity Market 2024 di Menara DBS, Rabu (7/2/2024). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Ekonom Senior Bank DBS memproyeksi Bank Indonesia bakal memangkas suku bunga atau BI rate sebesar 75 basis poin (bps) pada akhir tahun 2024. Saat ini, BI rate berada di level 6 persen.
ADVERTISEMENT
Adapun BI terakhir menaikkan suku bunga pada Oktober 2023 lalu, setelah selama 8 bulan berturut-turut menahan suku bunga di level 5,75 persen dari Januari 2023.
“Bank Indonesia, kita ekspektasinya turun 75 bps, 25 bps di kuartal III-2024 dan 50 bps di kuartal IV-2024,” kata Radhika di Menara DBS, Rabu (7/2).
Di sisi lain, Radhika memproyeksi Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed bakal menurunkan suku bunga acuannya sebesar 100 bps pada tahun 2024. Dengan rincian, 50 bps pada kuartal III-2024 dan sebanyak 50 bps pada kuartal IV-2024.
“Ekspektasi kita, di semester II-2024 The Fed akan menurunkan 100 bps," ungkapnya.
Gubernur BI Perry Warjiyo sendiri sudah memberikan sinyal akan menurunkan suku BI rate.
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampikan laporan hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2024 di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (30/1/2024). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
"Hari ini kita putuskan suku bunga BI rate tetap, karena masih melihat on and off global tadi. Dan tentu saja dengan arah-arah ke depan tentu saja ruang penurunan suku bunga BI rate ke depan masih tetap akan ada," kata Perry dalam konferensi pers di Kantor Pusat BI, Rabu (17/1).
ADVERTISEMENT
Perry mengungkapkan pihaknya tengah mempertimbangkan beberapa hal sebelum menurunkan suku bunga acuan. Pertama, penguatan mata uang rupiah.
Kedua, tetap terkendalinya inflasi inti dan juga inflasi pangan. Ketiga, penyaluran kredit perbankan.
"Kesimpulannya kami tetap sabar, dan tetap masih akan sabar melihat kondisi dalam negeri dan global. Tentu saja ketidaksabaran itu akan tergantung dari bagaimana meredanya kondisi global, dan memastikan inflasi terkendali," ungkapnya.