DEM Indonesia Desak Alihkan Subsidi BBM untuk Energi Baru Terbarukan

2 September 2022 17:29 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengendara mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (31/8/2022).
 Foto: Jamal Ramadan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengendara mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (31/8/2022). Foto: Jamal Ramadan/kumparan
ADVERTISEMENT
Dewan Energi Mahasiswa (DEM) Indonesia mendesak pengalihan subsidi BBM untuk Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Dana besar impor untuk energi fosil, dinilai dapat digunakan untuk pembangunan di berbagai sektor yang dibutuhkan masyarakat luas dan kegiatan produktif seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan pengembangan EBT.
ADVERTISEMENT
"Untuk itu DEM Indonesia mendesak agar impelementasi menuju transisi Energi dari energi fosil ke EBT harus menjadi opsi bersama. Dana besar impor untuk energi fosil, idealnya dapat digunakan antara lain untuk pengembangan energi baru terbarukan (EBT)," kata Sekretaris Jenderal DEM Indonesia, Robi Juandry.
Menurut Robi, paradigma berpikir menuju transisi energi ke energi bersih dan energi terbarukan, dapat mengurangi energi berbasis impor kepada energi berbasis domestik. Dengan demikian, kata dia, Indonesia bisa mengoptimalkan EBT menjadi energi listrik yang zero emission (rendah emisi karbondioksida).
"Dari sini kita bisa menghemat anggaran impor BBM sekaligus mendapatkan lingkungan dan udara yang bersih," lanjut mahasiswa Teknik Kimia Universitas Riau tersebut.
Sejauh ini, lambatnya akselerasi EBT di Indonesia selalu dihadapkan pada alasan biaya investasi yang mahal. Kalau memang itu yang terjadi, maka seharusnya anggaran super besar yang digunakan untuk mengimpor dan subsidi BBM, lebih baik dialihkan untuk membiayai dan mensubsidi EBT.
ADVERTISEMENT
"Stop sudah menggelontorkan subsidi untuk energi kotor yang harus impor," kata dia.
Menurut Robi, DEM Indonesia melihat besarnya potensi energi primer Indonesia yang berbasis EBT, antara lain pada panas bumi atau geothermal, dengan cadangan yang dimiliki Indonesia mencapai 23,9 Gigawatt (GW) yang merupakan 40 persen cadangan geothermal dunia.
"Kalau orang bilang Arab adalah surganya minyak bumi, maka Indonesia adalah surganya geothermal. Paling besar dibandingkan negara-negara lain," kata Robi.
Namun sayang, lanjut dia, kekayaan potensi geothermal Indonesia itu sejauh ini baru termanfaatkan tidak lebih dari 20 persen. Belum lagi potensi EBT lainnya, seperti energi air, energi matahari, energi angin/bayu, dan potensi-potensi EBT lainnya yang belum dimanfaatkan secara optimal. Upaya Pemerintah meningkatkan bauran energi pun hingga saat ini tidak pernah mencapai target.
com-Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) kapasitas 75 MW di Sidrap, Makassar Foto: dok. PLN
Dalam kajian DEM Indonesia, jelas Robi, situasi yang timpang ini diakibatkan tidak adanya political will yang jelas untuk beralih ke EBT. Ditambah lagi perilaku masyarakat yang terlalu asyik dengan energi fosil BBM yang niscaya akan habis dan tak tergantikan.
ADVERTISEMENT
"Kita terlalu asyik mengkonsumsi BBM hingga harus mengeluarkan anggaran raksasa untuk impor dan mensubsidi BBM, yang diketahui sangat tinggi emisi karbondioksida. Di sisi lain EBT yang merupakan energi bersih seolah ditelantarkan," tegasnya.
Terkait itu pula, DEM Indonesia siap mengawal upaya pemerintah mengurangi anggaran subsidi BBM. Terutama, jika benar-benar dialihkan pada upaya membangun infrastruktur dan mensubsidi EBT.
"Sedangkan meminimalisasi dampak inflasi akibat kenaikan harga BBM subsidi, Pemerintah dapat menggelontorkan Bantuan Sosial kepada rakyat miskin," ujarnya.
Selain itu, DEM Indonesia juga mendesak pemerintah dan DPR segera mungkin merampungkan RUU Energi Baru dan Terbarukan, sehingga pembangunan industri energi baru dan energi terbarukan di negeri ini dapat berjalan pesat, menyongsong masa depan baru Indonesia Emas.
ADVERTISEMENT