Deretan Brand Lokal yang Kerap Dikira Merek Luar Negeri

5 Januari 2023 12:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo (kiri) dan para menteri kenakan produk Hammer saat berkunjung ke mal di Pekanbaru. Foto: Dok. kemenpupr
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo (kiri) dan para menteri kenakan produk Hammer saat berkunjung ke mal di Pekanbaru. Foto: Dok. kemenpupr
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi dan jajaran menterinya kompak mengenakan pakaian merek lokal di salah satu mal di Pekanbaru di sela kunjungan kerja mereka.
ADVERTISEMENT
Dalam unggahan instagram Menteri BUMN Erick Thohir, tampak Jokowi, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono hingga Mensesneg Pratikno, mengenakan kaus yang sama, merek Hammer warna merah marun.
"Hayo ngaku, siapa yang baru tahu kalau Hammer itu brand lokal Indonesia," tulis Erick Thohir.
Brand ini berdiri sejak 1987 alias sudah sejak 35 tahun lalu. Berdasarkan informasi di situs resminya, Hammer merupakan produk di bawah naungan PT Warna Mardhika milik Eddy Hartono. Kini, perusahaan ini dipimpin oleh putranya, Mario Hartono.
Selain, Hammer, ada sejumlah brand lokal yang juga sering disangka merupakan merek luar. Berikut di antaranya:

Polytron

com-Polytron New Belleza Inverter Foto: Dok. Polytron
Salah satu perusahaan yang membuat produk elektronik di Indonesia adalah Polytron. Brand asal Kudus dan Semarang yang berdiri sejak 1970 ini kerap dikira merupakan merek luar lantaran elektronik didominasi oleh merek Jepang dan China.
ADVERTISEMENT

JCO Donuts

JCO merupakan perusahaan milik Johnny Andrean yang pertama kali dibuka pada 2005. JCO bahkan saat ini tersebar di beberapa negara di Asia.

Eiger

Konpers Eiger Foto: Iqbal Dwiharianto/kumparan
Brand perlengkapan outdoor ini termasuk salah satu yang banyak digunakan para pecinta alam. Eiger merupakan produk lokal yang didirikan pebisnis asal Jawa Barat, Rony Lukito, pada tahun 1993.

The Executive

The Executive X Jenahara Ramadhan Edition 2019 Foto: The Executive
Merek pakaian yang banyak dijumpai di mal ini berasal dari Bandung. The Executive didirikan Johanes Farial di bawah perusahaan PT Delami Garment Industries tahun 1984.