Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Deretan Kontroversi Luhut di 2021: Bisnis PCR hingga Tambang Papua
30 Desember 2021 11:04 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berikut kumparan merangkum kontroversi Luhut di tahun ini:
Dituduh Antek China
Luhut menyadari selama ini kerap dituding sebagai antek asing, khususnya China. Tanggapan terbuka pun disampaikan Luhut, saat membuka Rakernas Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada 9 Maret 2021.
"Orang bilang dulu saya anteknya China. Dalam hati saya bilang, 'Nenek kau antek China, emang lu bisa beli gue!' Namun saya mana yang bisa memberikan keuntungan bagi Republik ini, itu akan dekati dengan baik dan Amerika juga memberikan keuntungan," ujar Luhut, Selasa (9/3).
Veteran prajurit Kopassus itu pun membantah dengan tegas adanya anggapan tersebut. Pasalnya selama ini, pihaknya memiliki hubungan erat dengan banyak pejabat dari negara lain, seperti Amerika Serikat hingga Timur Tengah.
Akan tetapi kata Luhut, China memang punya kelebihan, yaitu mau memberikan yang diminta Indonesia. "China menurut saya sangat generous untuk memberikan teknologinya, sampai hari ini apa saja yang kita minta dia mau dan itu membuat kita bisa kejar," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Disebut Bermain dalam Bisnis Tambang di Papua
Somasi dilayangkan Luhut kepada Haris Azhar dan Koordinator KontraS Fatia Maulidiyanti pada 31 Agustus 2021. Bahkan pada 22 September 2021, Luhut melaporkan keduanya ke Polda Metro Jaya karena somasinya tak ditanggapi.
Penyebabnya, Fatia dalam unggahan video di channel Youtube Hariz Azhar yang berjudul “Ada Lord Luhut Dibalik Relasi Ekonomi-Ops Militer Intan Jaya!! Jenderal BIN Juga Ada!!” menyebut PT Tobacom Del Mandiri, anak usaha Toba Sejahtra Group dimiliki sahamnya oleh Luhut, bermain dalam bisnis tambang di Papua.
Juru Bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi juga membantah bahwa Luhut terlibat dalam bisnis pertambangan di Blok Wabu , Kabupaten Intan Jaya, Papua.
"Unggahan di channel Youtube Saudara Haris Azhar dimaksud telah membentuk opini atau pernyataan-pernyataan yang tidak benar, tendesius, character assassination, fitnah, penghinaan/ pencemaran nama baik dan berita bohong bahwa Pak Luhut bermain dalam bisnis pertambangan di Blok Wabu, Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua,” kata Jodi.
ADVERTISEMENT
Ada Nama Luhut di Pandora Papers
Nama Luhut Binsar Panjaitan disebut-sebut dalam laporan Pandora Papers. Laporan berisi investigasi terhadap puluhan kepala negara dan pemerintah dunia ini diungkap oleh ICIJ, konsorsium jurnalis investigasi internasional. Hasil investigasi lebih dari 600 jurnalis tersebut mengungkapkan kasus suaka pajak terbesar dunia, alias upaya penyembunyian aset hingga jutaan dolar AS.
Adapun nama Luhut, disebut-sebut terkait dengan Petrocapital S.A, perusahaan asal Panama. Juru Bicara Kemenko Marves, Jodi Mahardi mengungkapkan, Luhut memang pernah jadi Direktur Utama Petrocapital selama 3 tahun.
"Bapak Luhut menjadi Direktur Utama atau Ketua Perusahaan pada Petrocapital S.A pada tahun 2007 hingga 2010," jelas Jodi dalam keterangannya, 4 Oktober 2021.
Dari penjelasan Jodi, diketahui bahwa perusahaan ini didirikan Edgardo E. Dia dan Fernando A. Gil pada tahun 2006, dengan modal disetor senilai USD 5 juta.
ADVERTISEMENT
Menurutnya Jodi lagi, perusahaan ini awalnya diniatkan buat melakukan ekspansi ke Amerika Selatan dan Tengah. Sayangnya, dalam perjalanannya berbagai kendala dari kondisi geografis hingga kepastian investasi, membuat Luhut mengundurkan diri dari perusahaan. Ia pun menegaskan, selama Luhut jadi bos perusahaan tersebut, tak satu pun investasi yang layak bisa dikantongi.
Luhut di Pusaran Bisnis Tes PCR
Luhut disebut-sebut ada dalam pusaran bisnis tes PCR melalui Toba Bumi Energi, anak perusahaan Toba Bara Sejahtera, serta PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI).
Juru Bicara Kemenko Marves Jodi Mahardi angkat bicara terkait isu yang beredar tersebut. Jodi menjelaskan saham yang dimiliki Luhut dalam Toba Bara Sejahtra sudah sangat kecil.
"Di bawah 10 persen, jadi Pak Luhut tidak memiliki kontrol mayoritas di TBS," jelas Jodi dalam keterangannya kepada wartawan, 2 November 2021.
Sementara terkait GSI, Jodi menjelaskan kronologis bahwa Luhut diajak oleh grup Adaro, Indika, hingga Northstar. Perusahaan tersebut digadang sebagai inisiatif membantu penyediaan tes COVID-19 dengan kapasitas besar.
ADVERTISEMENT
Total ada 9 pemegang saham dalam perusahaan yang diniatkan mengatasi masalah keterbatasan tes saat masa awal-awal pandemi. Jodi menegaskan, tidak ada pembagian keuntungan hingga saat ini. "Jadi GSI tujuannya bukan mencari profit bagi para pemegang saham. Sesuai namanya memang ini adalah kewirausahaan sosial," tuturnya.
Live Update