Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Aliran dana investasi Telkomsel semakin deras mengucur untuk Gojek. Untuk kedua kalinya, operator seluler terbesar di Indonesia itu kembali berinvestasi di Gojek senilai USD 300 juta atau sekitar Rp 4,25 triliun.
Langkah ini dinilai tepat karena sejalan dengan misi Telkomsel untuk menguatkan statusnya sebagai digital telco company. Tidak hanya menguntungkan dari segi bisnis dan layanan, menurut ekonom Bima Yudhistira dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), investasi Telkomsel di Gojek dalam jumlah besar berpotensi menghasilkan cuan yang besar di masa depan.
Ini ada kaitannya dengan model investasi Telkomsel sebagai modal ventura, yang mendanai perusahaan saat merintis dan melepasnya setelah bisnisnya berkembang untuk mendapatkan keuntungan. Dalam hal ini, investasi dilakukan di tengah rencana Gojek melakukan IPO (initial public offering) atau melantai di bursa saham.
“Investor yang sudah menyuntikkan modal sebelum pelepasan saham itu akan mengalami capital gain, atau kenaikan valuasi saham yang berkali-kali lipat. Bahkan bisa lebih dari 100 persen,” ujar Bhima kepada kumparan, Senin (10/5).
“Ketika Telkomsel mau melepaskan sahamnya, saham Gojek dilepas ke bursa saham, di saat itu dia akan memperoleh capital gain. Bahkan dalam jangka panjang ada dividen yang besar,” lanjutnya.
Sebelum ini, Telkomsel pernah menyuntik dana untuk Gojek senilai USD 150 juta pada November 2020. Jika dijumlahkan, total investasi Telkomsel di Gojek sebesar USD 450 juta.
Selain itu, momentum berinvestasi di masa pandemi juga berperan penting dalam masa depan cuan Telkomsel di Gojek.
Sementara itu Chief Economist Bank BCA, David Sumual, mengatakan bahwa investasi di sektor startup menjadi salah satu yang paling stabil dan cenderung meningkat.
Melihat investasi di sektor startup sejak tahun lalu tetap meningkat serta pemulihan ekonomi dari masa pandemi yang makin terlihat, maka investor yang berinvestasi di masa ini akan menikmati hasilnya dalam jangka panjang di kemudian hari.
“Kalau masa sekarang masih tahap awal pemulihan, pertumbuhan ekonomi di kuartal satu masih lemah, masih minus 0,7 persen. Kita harapkan kuartal 3 membaik. Nanti ketika ekonominya sudah full-speed, mereka yang invest sekarang bisa menikmati,” kata David, saat dihubungi kumparan, Senin (10/5).
Investasi Telkomsel ke Gojek Dukung Transformasi menjadi Digital Company
Bagi Telkomsel, investasi ke Gojek adalah langkah diversifikasi bisnis sekaligus upaya nyata transformasi digital menjadi digital telco company untuk memperkuat tiga pilar bisnis mereka; digital connectivity (broadband), digital services, dan digital platform.
Telkomsel sudah berupaya memperkuat bisnisnya dengan masuk ke ekosistem Gojek. Misalnya, layanan Telkomsel MyAds yang kini telah terintegrasi dengan GoBiz, dapat dipakai mitra UMKM untuk memperluas bisnisnya ke ekosistem pelanggan Telkomsel di seluruh Indonesia. Telkomsel melalui Dunia Games bersama Gojek melalui GoPay juga mengembangkan ekosistem mobile gaming dengan memberikan kemudahan akses bermain PUBG Mobile berkat kolaborasi dengan Tencent.
Kolaborasi keduanya juga bisa lanjut ke tahap tata kelola data yang akan jadi komoditas utama masa depan, menurut Lucky Bayu Purnomo, ekonom sekaligus financial market specialist dari LBP Institute. Tata kelola data itu bisa diolah menjadi iklan digital yang tepat sasaran ke ekosistem keduanya.
Dari big data ini pula, valuasi perusahaan bisa ditingkatkan. “Jadi valuasi perusahaan itu saat ini bukan lagi dinilai semata karena kinerja fundamentalnya atau kinerja keuangannya, tetapi bagaimana tata kelola data yang saat ini juga jadi utama,” jelas Lucky.
Kolaborasi seperti ini dapat dimanfaatkan keduanya untuk meningkatkan jumlah pelanggan, pengembangan program yang mutualistik, hingga menambah sumber pendapatan.
Selain itu, Bhima menilai bahwa peluang Gojek untuk menjadi super-app (aplikasi super yang menyediakan beragam layanan) berpotensi sangat besar. Telkomsel melihat bahwa potensi ini tidak hanya bisa meningkatkan market share di bidang telekomunikasi, namun juga merambah pada layanan digital yang lebih luas.
“Dari perspektif Telkomsel sendiri melihatnya ketika market share Gojek ini semakin besar, tentunya penggunaan internet akan semakin meningkat. Oleh karena itu, mereka men-support itu,” kata Bhima.
Gojek sendiri berawal dari bisnis transportasi online, lalu merambah ke layanan pesan antar makanan, dan mengepakkan sayap ke jasa keuangan dengan GoPay sebagai senjata andalannya. Dengan terus berkembangnya layanan Gojek, Bhima menilai akan berkontribusi besar pada ekosistem Telkomsel ke depannya.
"Semakin berkembangnya Gojek, (pelanggan) akan membutuhkan akses internet yang lebih bagus, pelayanan internet yang lebih menunjang. Bisa jadi nanti kerja sama paket bundling, misalnya, Telkomsel ingin mengembangkan internet di daerah terpencil atau di luar Jawa, nanti bisa Telkomsel yang mengembangkan akses internetnya, kemudian di satu sisi nanti Gojek bisa men-support UMKM-nya. Jadi pembangunan digital yang lebih inklusif, bisa juga dilakukan," tutur Bhima. Di sana Telkomsel bisa menyediakan solusi bagi UMKM, seperti layanan digital terintegrasi atau kasir digital
Telkomsel merupakan operator seluler nomor satu di Indonesia. Mereka punya 169 juta pelanggan lebih yang tersebar hingga wilayah terdalam, pulau terluar, serta daerah perbatasan negara. Capaian tersebut dihasilkan berkat keberadaan lebih dari 231.000 BTS yang mencakup 95 persen wilayah Indonesia. Telkomsel juga jadi perusahaan telekomunikasi paling agresif di bisnis digital, dengan mengembangkan mobile gaming, digital entertainment, digital advertising, mobile financial services, enterprise solutions, hingga IoT.
Sementara platform Gojek dan layanannya digunakan oleh jutaan konsumen dan mitra pengemudi, serta ratusan ribu mitra merchant yang tersebar di Asia Tenggara.
Pada 2019, Gojek bersama para mitranya mencatat kontribusi ke ekonomi Indonesia sebesar Rp 104,6 triliun, menurut riset Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) yang dirilis Agustus 2020.
Kontribusi langsung mitra ke ekonomi mencapai Rp 87,1 triliun, yang rinciannya terdiri dari mitra UMKM GoFood Rp 34,1 triliun, mitra UMKM GoPay Rp 9,9 triliun, mitra UMKM social seller GoSend Rp 24,3 triliun, mitra pengemudi GoRide Rp 11,1 triliun, dan mitra pengemudi GoCar Rp 7,7 triliun. Sementara dampak multiplier atau kontribusi tidak langsung keberadaan Gojek terhadap ekonomi Indonesia di 2019 mencapai Rp 17,5 Triliun.
"Ekonomi digital di Indonesia didorong oleh perkembangan perangkat seluler (mobile-first market), sehingga bila pemain terdepan di industri teknologi dan telekomunikasi berkolaborasi memanfaatkan sumber daya yang ada, ekonomi digital Indonesia bisa lebih terakselerasi ke tahapan yang lebih tinggi (leap frog)," kata Co-CEO Gojek Group, Andre Soelistyo.