Di Hadapan Investor Migas Asing, Sri Mulyani Beberkan Daya Tarik Fiskal RI

20 September 2023 12:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas () Dwi Soetjipto dan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam pembukaan The 4th International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIUOG) 2023, di Nusa Dua, Bali, Rabu (20/9/2023). Dok Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas () Dwi Soetjipto dan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam pembukaan The 4th International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIUOG) 2023, di Nusa Dua, Bali, Rabu (20/9/2023). Dok Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Keuangan Sri Mulyani membeberkan pentingnya kebijakan fiskal untuk menarik investor hulu minyak dan gas (migas) asing ke Tanah Air. Salah satu yang dipromosikan adalah fleksibilitas bentuk kontrak kerja sama yaitu bisa memilih skema cost recovery atau gross split.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan Sri Mulyani dalam pembukaan The 4th International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIUOG) 2023, di Nusa Dua, Bali, Rabu (20/9). Menurut dia, dengan fleksibilitas skema fiskal ini, investasi hulu migas bisa naik dalam dua tahun terakhir.
Pada 2021, realisasi investasi hulu migas Indonesia USD 10,9 miliar. Setahun berikutnya, naik lagi jadi USD 12,1 miliar.
“Kita berharap tahun ini investasi hulu migas naik lagi jadi USD 14,6 miliar. Jadi dalam tiga tahun berlanjut dan naik terus,” ujarnya.
Sri Mulyani mengatakan peningkatan kinerja investasi hulu migas, bisa menjadi momentum Indonesia bukan hanya bangkit dari keterpurukan ekonomi usai pandemi COVID-19, tapi juga membuat ketahanan energi nasional semakin kuat di tengah gejolak konflik geopolitik.
ADVERTISEMENT
Bendahara negara ini tidak menampik industri hulu migas Indonesia masih banyak tantangan. Terutama pada penurunan produksi dan lifting migasnya karena banyak sumur tua. Karena itu, dia berharap digitalisasi bisa membuat kendala ini teratasi dengan keterbukaan data produksi migas dan cadangannya secara realtime.
“Saat ini SKK Migas juga punya IOPG 4.0, lebih transparan soal cadangan migas Indonesia. Dari sisi kami, kami sederhanakan izin, lisensi, dan sediakan fleksibilitas fiskal untuk energi hijau agar bisa kurangi emisi. Jadi, saya tahu kenapa Anda mengundang saya di forum ini, karena semua tujuan ini tidak bisa dilakukan tanpa kebijakan fiskal yang tepat,” ujarnya.
Ilustrasi Pengeboran Migas Pertamina. Foto: Dok. Pertamina
Sementara itu, Kepala SKK Migas Dwi Soetijpto, mengatakan Indonesia butuh investasi besar untuk mengejar target sebesar 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan gas menjadi 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) di tahun 2030, Indonesia membutuhkan investasi sekitar USD 20 miliar per tahun. Nilai ini setara Rp 308 triliun (dengan asumsi kurs Rp 15.400 per USD).
ADVERTISEMENT
"Target 2030 bisa dicapai dengan syarat kita melakukan aktivitas yang agresif dan investasi yang masif. Kita perlu mengebor lebih dari 1.000 sumur per tahun setelah 2025. Kita juga perlu menarik investasi lebih dari USD 20 miliar per tahun,” ujar Dwi.
SKK Migas dan industri hulu migas pada tahun 2020 telah meluncurkan Indonesian Oil and Gas 4.0 (IOG 4.0) yang merupakan rencana strategis untuk mencapai target 2030. Untuk memastikan progress kegiatan yang dilakukan dan mendorong percepatan kegiatan, sejak tahun 2020 SKK Migas menggelar acara tahunan ICIUOG. Kegiatan ini juga merupakan puncak kolaborasi lintas pemangku kepentingan untuk membahas pencapaian dan penyempurnaan rencana strategis tersebut