Di Tengah Corona, KPR Bersubsidi BTN Masih Tumbuh 10 Persen

2 Juni 2020 16:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bank BTN. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bank BTN. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Di tengah daya beli masyarakat yang terpukul virus corona, Bank BTN tetap mengandalkan program perumahan sebagai bisnisnya. Direktur Utama Bank BTN Pahala Nugraha Mansury menyatakan, sejauh ini kondisinya masih baik.
ADVERTISEMENT
Pahala mengungkapkan bahwa bisnis Bank BTN di KPR bersubsidi masih mengalami peningkatan khususnya selama 2 bulan awal merebaknya corona di Indonesia.
“Di bulan Maret dan April itu pertumbuhan KPR bersubsidi kita itu masih ada sampai dengan 10 persen,” kata Pahala saat diskusi secara virtual, Selasa (2/6).
Direktur utama Bank BTN Pahala N. Mansury saat konferensi pers Rapat Umum Pemegang Saham tahunan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk di Tower BTN, Jakarta. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Pahala mengungkapkan, produk KPR bersubsidi saat ini lebih diminati dibanding yang tidak bersubsidi. Dalam kondisi sulit ini, Pahala merasa masyarakat lebih memilih produk investasi atau asuransi daripada kredit.
“Apakah memang mereka (customer) punya rencana mengambil tambahan kredit dibandingkan apakah kamu berupaya ngambil produk asuransi atau investasi misalnya. Ya paling banyak akan ngambil produk asuransi atau investasi,” ujar Pahala.
“Kita lihat ini satu hal yang menarik juga bahwa keinginan mereka untuk melihat kalau enaknya asuransi, asuransi saja. Sebagian besar memang masih pinginnya lebih bagus ada komponen investasinya,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Pahala mengakui ada program lain di BTN yang tentunya menurun seperti penyaluran kredit. Ia mengakui banyak masyarakat yang terdampak khususnya dari segi keuangannya karena virus corona.
Untuk itu, Pahala menjelaskan saat ini pihaknya benar-benar memperhatikan customer atau nasabah yang ditarget. Ia tidak mau menyasar customer yang nantinya berdampak kurang baik ke perusahaan.
“Jadi bagaimana kita melakukan dan betul-betul membedah data dari sektor jenis pekerjaan, jenis pekerjaan UKM, juga dia kerja di mana, apakah kerja di BUMN, di BUMN mungkin ya masih oke. Jadi membedakan dan melihat segmen lebih tajam,” ujar Pahala.