Di WEF 2024, Bos Indofood Beberkan Upaya Bangun Sistem Pangan Berkelanjutan

20 Januari 2024 9:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), Axton Salim, menjadi salah satu panelis World Economic Forum (WEF) 2024 di Davos, Swiss, Kamis (18/1/2024). Foto: Dok. Indofood Sukses Makmur.
zoom-in-whitePerbesar
Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), Axton Salim, menjadi salah satu panelis World Economic Forum (WEF) 2024 di Davos, Swiss, Kamis (18/1/2024). Foto: Dok. Indofood Sukses Makmur.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Axton Salim membeberkan upaya perseroan mendorong sistem pangan berkelanjutan di tengah risiko krisis pangan global dalam World Economic Forum (Forum Ekonomi Dunia) ke-54 di Davos, Swiss.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data WEF, sistem pangan berkontribusi sebesar 30 persen terhadap emisi gas rumah kaca. Sehingga, para perusahaan global diminta untuk meningkatkan investasi produksi rendah karbon pada komoditas seperti sapi potong, produk-produk susu, jagung, padi, kedelai dan kelapa sawit.
“Sebagai perusahaan total food solutions yang beroperasi di seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir di pasar, kami terus mengatasi celah dan tantangan sepanjang sistem pangan. Termasuk dengan mengimplementasikan inisiatif low-carbon pada seluruh value chain, dari hulu ke hilir,” ujar Axton dalam keterangannya, Sabtu (20/1).
Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), Axton Salim, menjadi salah satu panelis World Economic Forum (WEF) 2024 di Davos, Swiss, Kamis (18/1/2024). Foto: Dok. Indofood Sukses Makmur
Dia menjelaskan, di hulu, grup agribisnis Indofood telah menerapkan praktik agrikultur yang berkelanjutan guna mendukung target pemerintah Indonesia untuk mencapai Net Sink dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan di tahun 2030 melalui zero deforestation and degradation of HCV, zero new planting pada lahan gambut, zero burning untuk pembukaan lahan dan penanaman kembali, serta melestarikan sekitar 25.000 hektare area kawasan bernilai konservasi tinggi. Menurutnya, 84 persen pupuk yang digunakan adalah pupuk organik.
ADVERTISEMENT
“Di tingkat agribisnis yang lebih kecil, kesejahteraan petani harus diutamakan. Seperti yang telah kami lakukan dengan petani kentang di Indonesia. Yang kami lakukan adalah dengan menyediakan bibit yang baik, mengedukasi para petani untuk mengimplementasikan praktik pertanian yang baik dengan begitu produktivitasnya meningkat, meminimalkan penggunaan pupuk, dan saya rasa ini dapat meningkatkan ekonomi petani,” jelasnya.
Axton juga menuturkan, memperbaiki sistem pangan tidak bisa hanya fokus pada satu aspek saja, tetapi harus mencakup seluruh value chain. “Dalam konteks Indofood, selain agriculture kami juga melihat aspek manufaktur, di antaranya energi yang kami gunakan sebesar 70 persen adalah energi terbarukan yang berasal dari biomass dan solar PV,” kata Axton.