Diganti GTO, Ribuan Penjaga Gerbang Tol Resah Kehilangan Pekerjaan

12 Oktober 2017 8:08 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kartu Uang Elektronik atau e-Money (Foto: Dewi Rachmat Kusuma/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kartu Uang Elektronik atau e-Money (Foto: Dewi Rachmat Kusuma/kumparan)
ADVERTISEMENT
Penjaga gerbang tol di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mulai resah jelang diberlakukannya elektronifikasi di seluruh ruas jalan tol pada 31 Oktober 2017. Sebab Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) penjaga gerbang tol itu akan diganti dengan mesin GTO alias Gerbang Tol Otomatis.
ADVERTISEMENT
Anggota Ombudsman Bidang Ekonomi I, Dadan S Suharmawijaya mengungkapkan, pada Senin (9/10) lalu, Asosiasi Serikat Pekerja (Aspek) Indonesia dan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) mendatangi Ombudsman untuk audiensi terkait nasib penjaga gerbang tol.
Menurut Dadan pada pertemuan tersebut, Aspek Indonesia dan KSPI mengklaim memiliki 3 ribu anggota yang bekerja di sektor jalan tol, khususnya penjaga gerbang tol. Kedua serikat pekerja itu khawatir akan nasib penjaga gerbang tol pasca kebijakan elektronifikasi tol diberlakukan.
“Anggota mereka 3 ribu dari jasa tol, mereka juga menyampaikan kalau pekerja di jasa tol keseluruhan ada 20 ribu yang mungkin tergabung dengan serikat pekerja lain. Mereka merasa terancam akan kehilangan pekerjaan mereka,” ujar Dadan kepada kumparan (kumparan.com), Kamis (12/10).
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu yang lalu, PT Jasa Marga (Persero) Tbk memastikan tak ada PHK ketika elektronifikasi tol diberlakukan. Sebab dalam waktu dekat, ruas jalan tol milik Jasa Marga dari semula 625 km akan menjadi 1.260 km, dan penjaga gerbang tol yang ada dapat ditempatkan di beberapa ruas tol baru.
Jika tidak ditempatkan sebagai pengelola ruas jalan tol, mereka akan ditempatkan sebagai pemelihara jalan tol, atau ditempatkan sebagai pekerja di anak perusahaan Jasa Marga, baik di usaha jalan tol, usaha non jalan tol, maupun anak perusahaan lain.
“Nah waktu pertemuan dengan kami kemarin, para pekerja mengcounter isu-isu itu,” jelas Dadan.
Gerbang Tol Salatiga. (Foto: Dok. Jasa Marga)
zoom-in-whitePerbesar
Gerbang Tol Salatiga. (Foto: Dok. Jasa Marga)
Dia pun mengungkapkan jika nantinya penjaga gerbang tol yang ada saat ini dipindah ke pengelola ruas tol baru, hal tersebut sulit dilakukan karena ruas jalan tol yang baru berlokasi di luar Jabodetabek. Sebab penjaga tol yang ada saat ini, sebagian besar tinggal di Jakarta dan sudah berkeluarga.
ADVERTISEMENT
“Kalau kondisinya seperti itu dan tidak ada solusinya, jalan keluarnya pasti PHK. Menurut mereka juga kalau ada pembukaan ruas jalan tol di daerah, biasanya di daerah merekrut orang baru. Jadi belum dijamin,” ucapnya.
Sementara untuk pengalihan pekerjaan, lanjut Dadan berdasarkan pengakuan serikat pekerja, nantinya penjaga gerbang jalan tol akan ditugaskan sebagai pemelihara rumput dan jembatan, serta pengelola rest area. Penjaga gerbang tol merasa keberatan jika ditempatkan di posisi itu.
“Posisi itu kualifikasi SDM-nya lulusan SMP, sedang penjaga gardu tol kualifikasinya SMA. Mereka merasa ada down grade. Lagipula pekerjaan itu selama ini dikerjakan oleh pekerja outsourching. Kalau mereka digantikan, ada PHK baru,” bebernya.
Dadan melanjutkan bahwa dalam waktu dekat, pihaknya akan mengundang berbagai pihak terkait untuk membahas keluhan penjaga gardu jalan tol tersebut. Pihaknya berencana akan memberi rekomendasi agar sebagian besar penjaga gardu tol tidak dihilangkan.
ADVERTISEMENT
“Mereka masih bisa dipakai untuk mensupervisi operasional non tunai, ketika ada kegagalan di mesin mereka langsung sigap. Kalau biasanya di tiap gardu ada satu, besok tiap dua atau tiga gardu ada satu. Jadi yang dipindah ke pekerjaan lain tidak begitu banyak,” pungkasnya.
Reporter: Muchammad Resya Firmansyah