Digital Farming: Memanfaatkan Teknologi untuk Hasil Pertanian yang Maksimal

28 September 2020 15:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pertanian. Foto: Prima Gerhard/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pertanian. Foto: Prima Gerhard/kumparan
ADVERTISEMENT
Digital farming digadang-gadang bisa menjadi solusi untuk mengembangkan pertanian pada masa kini. Dengan memanfaatkan teknologi digital, proses pertanian bisa dilakukan dengan lebih mangkus dan sangkil serta menghasilkan produk yang lebih banyak.
ADVERTISEMENT
Salah satu pegiat digital farming di Indonesia adalah Tananegeri Project. Tananegeri Project merupakan pengembangan kawasan urban dengan prinsip berkelanjutan yang mengoptimalkan hasil alam setiap daerah. Proyek ini menghubungkan antara kebutuhan stakeholder dengan komunitas sekitar, salah satunya yaitu untuk sektor pertanian.
Project Manager Tananegeri Project Hendyanto Lim mengatakan, sistem pertanian digital biasanya akan terintegrasi dengan pengembangan aplikasi, sehingga proyek dapat terukur dalam perjalanannya.
“Dengan digital farming, kita lebih dapat keakuratan sistem dan prediksi semua. Jadi lebih ter-manage baik dengan meminimalkan risiko dan hasilnya akan lebih besar lagi. Kira-kira seperti itu,” ungkap Hendyanto dalam Webinar Kumparan dan BNI, Bertani di Era Digital, Senin (28/9).
Webinar Digital Farming, kerja sama kumparan dan Bank BN.I Foto: kumparan
Hendyanto menceritakan, sebelum melakukan pendampingan untuk digital farming, Tananegri Project biasanya akan melakukan pendekatan kepada warga sekitar agar mereka turut terlibat dalam proses tersebut. Keterlibatan warga sekitar ini juga penting untuk menentukan komoditas apa yang akan ditanam dan bisa menghasilkan untuk daerah tersebut. Baru kemudian Tananegri Project akan melakukan edukasi dan pendampingan.
ADVERTISEMENT
Tak hanya sampai di situ, Hendyanto mengatakan pihaknya juga akan membantu untuk mencarikan pangsa pasar untuk produk-produk digital farming yang sudah dihasilkan. Salah satunya yaitu dengan menghubungkan petani dan marketplace.
“Dari kita mengedukasi terus kemudian kita lakukan produksi penanaman, hasil produknya keluar, kita juga bantu marketnya,” ujarnya.
Contohnya seperti project Tananegeri yaitu Nara Kupu Village (NKV). Lahan Nara Kupu Village (NKV) berada di atas lahan sekitar 3 hektar (ha) di wilayah Sawangan, Depok, Jawa Barat, berada di Jl Garuda 4, desa Kekupu, kelurahan Pasir Putih, kecamatan Sawangan, kotamadya Depok, Jawa Barat. Di lahan ini, Tananegri melakukan pendampingan bercocok tanam dengan sistem hidroponik organik. Kemudian hasilnya juga dipasarkan dengan sistem digital.
ADVERTISEMENT
“Dan hasilnya kita kirim keluar, kita bikin satu market namanya Sayur Kendal. Sayur Kendal inilah yang bisa menjadi sebuah market yang akan balik lagi kembali kepada petaninya,” tandasnya.