Dikenakan Biaya Admin, Seller di E-commerce Biasanya Bebankan ke Pembeli

24 Mei 2021 19:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas pekerja di Warehouse JD.ID di Marunda, Kabupaten Bekasi, Jumat (11/12). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas pekerja di Warehouse JD.ID di Marunda, Kabupaten Bekasi, Jumat (11/12). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Seller di e-commerce harus membayar biaya admin dari setiap transaksi penjualan produknya. Biaya tersebut membuat para seller harus mengeluarkan biaya lagi dari keuntungan yang seharusnya didapatkan.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, ada juga seller yang menyiasati permasalahan tersebut dengan membebankan biaya admin ke pembeli.
“Saya belum menerapkan inisiatif menambah harga produk saya, tetapi banyak online shop lain yang lebih memilih membebankan biaya admin e-commerce ini ke si pembeli. Contohnya harga jual sekitar Rp 50 ribu plus biaya admin Rp 3 ribu,” kata Sutji, seorang seller atau pemilik online shop hijab saat dihubungi, Senin (24/5).
Sutji mengungkapkan ada juga pembeli yang tidak setuju dengan harus menambah biaya admin. Namun, saat ini praktik tersebut sudah biasa dilakukan.
Kantor pusat baru Shopee di Singapura. Foto: Astrid Rahadiani/kumparan
Tak heran, Sutji mengaku berencana melakukan konsep serupa atau membebankan biaya admin kepada para konsumennya.
“Mungkin awalnya protes ya si pembeli, tapi setelah diberikan pengertian sepertinya mereka fine-fine saja karena mereka pikir lebih baik bayar biaya admin daripada bayar ongkir,” ujar Sutji.
ADVERTISEMENT
Sutji mengungkapkan besaran biaya admin yang harus ditanggung berbeda-beda. Para seller harus membayar biaya admin berdasarkan keuntungan dari harga atau produk yang berhasil dijual. Bisa saja biaya admin lebih tinggi kalau produk yang dijual memang mahal.
“Saya biasanya ambil untung cuma Rp 12 sampai 15 ribu per produk. Biaya adminnya bisa sekitar Rp 3 sampai 4 ribu per produk, bahkan lebih kalau barangnya mahal banget,” ungkap Sutji.