Direktur BNI Ungkap Target Bisnis di Tahun 2023, Termasuk Pembiayaan Hilirisasi

24 Oktober 2022 19:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menyelenggarakan konferensi pers kinerja keuangan kuartal III 2022. Foto: BNI
zoom-in-whitePerbesar
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menyelenggarakan konferensi pers kinerja keuangan kuartal III 2022. Foto: BNI
ADVERTISEMENT
Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI Novita Widya Anggraini Novita mengungkapkan, bisnis perseroan akan tumbuh secara konservatif kepada debitur yang menjadi target pasar selama jangka panjang.
ADVERTISEMENT
“Secara guidance BNI akan tumbuh (kredit) 7-9 persen. Kemudian, kita akan jaga (margin laba bersih) NIM di kisaran 4,5 – 4,7 persen,” ujar Novita dalam konferensi pers BNI virtual, Kamis (24/10).
Novita menekankan, pertumbuhan kredit akan dilakukan dengan strategi pertumbuhan yang konservatif. BNI fokus pada pertumbuhan segmen yang menguntungkan, baik dari sisi margin dengan menjaga sisi kualitas aset.
Dari sisi kredit macet (Non Performing Loan) atau NPL, Novita melihat tren akan terus membaik. Ia menargetkan NPL di kisaran 2,5 persen di tahun 2023.
“Tentunya, ini akan ada implikasi efisiensi dari sisi biaya kredit atau cost of fund. Kami optimis tahun depan kami bisa di kisaran 1,5 persen,” katanya.
Novita menyebut pihaknya telah memperhitungkan pergerakan tersebut apabila stimulus restrukturisasi Covid-19 dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berakhir tahun depan.
ADVERTISEMENT

Kontribusi BNI dalam Hilirisasi Industri

Novita mengatakan, pemerintah saat ini sedang menggiatkan hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri. Ia berpendapat bahwa sektor yang sedang masuk tahap hilirisasi seperti petrokimia dan proses pengolahan hasil tambang seperti nikel, timah, dan bauksit.
“BNI sudah memulai masuk segmen ini, misalnya nikel smelter yang juga sejalan dalam program pemerintah membangun kendaraan listrik dalam jangka panjang,” tutur Novita.
Ia melanjutkan, kebanyakan proyek hilirisasi investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) serta pemiliknya lebih mengandalkan pembiayaan bank-bank asal negara. Baru akhir-akhir ini, mulai terlihat permintaan kredit terhadap bank-bank di Indonesia.
Adapun beberapa tantangan yang dihadapi BNI terkait pemberian kredit, seperti eksekusi green field project yang biasanya memakan waktu hingga beberapa tahun sebelum mulai produksi.
ADVERTISEMENT
“Di samping itu, juga ada kebutuhan pembiayaan dalam valas yang supply relatif terbatas dalam negeri. Risiko supply demand mengingat segmen ini biasanya berorientasi ekspor dan juga risiko perubahan regulasi,” imbuhnya.