Dirut Bukopin Optimistis Arah Bisnis Kian Jelas Setelah Kookmin Kuasai Saham

Direktur utama Bank Bukopin, Rivan Achmad Purwantono. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan

Kookmin Bank resmi menjadi pemegang saham pengendali Bank Bukopin. Bank asal Korea Selatan itu kini mengantongi 33,9 persen saham Bukopin.

Hal itu kemudian membuat Direktur Utama Bukopin, Rivan Achmad Purwantono, optimistis arah bisnis perusahaan ke depan akan semakin jelas.

"Ketika kita masuk KB Group, maka semakin jelas arah bisnis ke depan," ujar Rivan dalam konferensi online, Senin (3/8).

Rivan menegaskan, Bukopin akan berupaya tetap membuat bisnis perusahaan tumbuh positif. Langkah tersebut harus dilakukan demi menjaga reputasi bank kedua terbesar di Korsel itu.

Di sisi lain, portfolio Bukopin yang lebih besar berfokus ke sektor UMKM menjadikan fokus bisnis kedua bank sejalan. Rivan juga mengungkapkan optimisme Kookmin bank mengenai besarnya potensi pasar Bukopin di sektor tersebut.

Apalagi, setelah menjadi pemegang saham terbesar Kookmin Bank memastikan bakal melakukan penambahan modal di Bukopin. Langkah tersebut menjadi salah satu yang akan dibahas dalam Rapat Umum Pemegang Saham Bukopin 25 Agustus 2020.

Kookmin juga bakal memberikan intervensi dalam hal pengembangan bisnis perusahaan. Hal itu juga menjadi langkah positif di tengah masih berlangsungnya pandemi COVID-19.

"Menghadapi pandemi COVID-19 ini, kami yakin bersama Kookmin dan Bukopin akan semakin bagus, kepercayaan masyarakat juga akan semakin bagus," pungkasnya.

com-bank Bukopin Foto: dok. Bukopin

Resminya Kookmin Bank menjadi pemegang saham pengendali dipastikan setelah Bukopin rampung melaksanakan Penawaran Umum Terbatas ke-5 (PUT V), sebagai langkah mencari tambahan modal.

Dari PUT V tersebut, sebanyak 4,66 miliar saham baru Bukopin habis diborong investor. Kookmin tercatat menyerap sekitar 2,97 miliar lembar saham baru. Disusul kemudian Bosowa Corporindo dengan porsi 1,09 miliar lembar saham.

Adapun persentase penguasaan saham di Bukopin saat ini, Kookmin menempati posisi pertama yakni sebesar 33,9 persen. Sementara Bosowa menguasai 22,4 persen atau tidak mengalami perubahan. Sedangkan saham pemerintah yang sebelumnya sebesar 8,9 persen, turun menjadi 6,37 persen.