Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.82.0
Dirut Pertamina Soroti Keterjangkauan & Aksesibilitas Energi RI Masih Tertinggal
14 Mei 2024 20:33 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Nicke mengatakan, berdasarkan World Energy Trilemma Index, Indonesia masih tertinggal jauh dari aspek aksesibilitas energi dan keterjangkauan energi. Indeks yang setiap tahun dirilis itu menempatkan Indonesia pada peringkat 81 dari 125 negara di tahun 2022.
"Mengapa kita tidak melihat Indonesia Energy Trilemma Index? Nilai terburuknya, jika dilihat, adalah aksesibilitas energi dan keterjangkauan energi. Kita jauh tertinggal dari rata-rata global," ungkap Nicke saat IPA Convex ke-48, Selasa (14/5).
Nicke menuturkan, Pertamina memiliki peran penting menyelesaikan masalah itu. Pasalnya, sebagai BUMN, perseroan tidak hanya mementingkan keuntungan saja, namun harus menjadi lokomotif penggerak energi dan pertumbuhan industri nasional.
"Kami adalah perusahaan yang mempunyai amanah untuk melaksanakan kewajiban pelayanan publik, 80 persen distribusi bahan bakar kami merupakan bahan bakar bersubsidi. Jadi ada kebijakan harga dari pemerintah dan subsidi yang diberikan kepada masyarakat," jelas Nicke.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kata Nicke, Pertamina juga bertugas untuk mengembangkan inovasi baru untuk memikat keterlibatan swasta, serta mengembangkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
"Misalnya teknologi baru, energi baru, energi baru terbarukan yang dimiliki Indonesia, potensinya sangat besar. Jadi ada perbedaan besar antara BUMN dan swasta. Kami tidak hanya sekedar mengejar peningkatan profitabilitas saja, tapi ada juga arti lain," tutur Nicke.
Nicke memaparkan Pertamina mencanangkan program jangka panjang untuk 5-10 tahun ke depan yang berfokus pada pengembangan infrastruktur untuk memperkuat aksesibilitas energi.
"Masih banyak masyarakat yang belum memiliki akses terhadap energi bersih dan keterjangkauannya. Kita juga harus menerapkan teknologi canggih untuk meningkatkan produktivitas. Misalnya kita harus melipatgandakan produksi kita di hulu," ujar Nicke.
Dengan situasi saat ini, Nicke menilai Indonesia masih memiliki potensi besar. Namun, perlu waktu lebih dan investasi yang besar untuk menghadirkan energi yang terjangkau, mudah diakses, dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menggandakan kapasitas tersebut, dengan alokasi belanja modal sekitar 62 persen untuk mencapai swasembada minyak mentah di Indonesia," tutur Nicke.
"Jadi prioritas kami adalah mendukung ketahanan energi Indonesia. Itu adalah prioritas pertama kami. Untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi 7 persen per tahun, kita membutuhkan banyak energi," tambahnya.