Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta agar Bank Muamalat segera diselamatkan. Sebab Bank Muamalat merupakan bank syariah pertama di Indonesia yang sudah memiliki brand kuat, sehingga sayang apabila dibiarkan mati.
ADVERTISEMENT
Lantas, sebenarnya seberapa parah masalah di dalam tubuh Bank Muamalat?
Menurut Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah, persoalan Bank Muamalat sudah terjadi sejak 2015. Saat itu, bank tersebut kekurangan modal dan pemegang saham lama enggan menggelontorkan dana.
Permasalahan kekurangan modal itu terjadi karena sebelumnya Bank Muamalat dinilai jor-joran dalam menggelontorkan kredit untuk korporasi, misalnya seperti di sektor pertambangan.
"Strategi bank-nya salah. Mature-nya bank syariah itu di ritel, tapi pembiayaan yang dilakukan ini terlalu berani," katanya dalam Diskusi Penyelamatan Bank Muamalat di Restoran Bunga Rampai, Jakarta, Kamis (21/11).
Dia menambahkan dalam menyalurkan kredit, analisis yang dilakukan analis kredit Bank Muamalat juga tidak baik. Artinya nilai kredit yang diberikan jauh lebih besar ketimbang nilai yang semestinya diberikan.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut berdampak kepada angka pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) Bank Muamalat meningkat tajam, bahkan levelnya sempat di atas 5 persen, lebih tinggi dari batas maksimal ketentuan regulator.
"Fenomena NPF ini yang mengganjal. NPF yang tinggi itu menggerus modal kerja Bank Muamalat untuk menghasilkan laba yang lebih baik," ucapnya.
Dia menambahkan, sebenarnya persoalan NPF ini juga dialami oleh bank syariah lain. Namun untuk bank syariah yang merupakan anak usaha bank BUMN ketika dalam kondisi itu, induk usahanya langsung menyuntikkan modal sehingga kondisinya makin baik.
"Fenomena NPF seperti ini fenomena umum di bank syariah. Bedanya dengan bank syariah lain, Bank BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, mereka cepat ditop up. Sehingga kelihatan sekali perbedaannya," papar Piter.
Senada, Ekonom yang juga Rektor UNIKA Atmajaya, A Prasetyantoko menjelaskan, persoalan NPF berdampak pada kondisi buruk Bank Muamalat. Lalu dampak dari Bank Muamalat yang kekurangan modal kerja itu menggerus laba bersih perusahaan.
ADVERTISEMENT
Tercatat pada semester I 2019, laba bersih Bank Muamalat hanya Rp 5,08 miliar. Jumlah tersebut anjlok 95 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu yang mencapai Rp 103,7 miliar. Sedangkan NPF net bank itu mencapai 4,53 persen.
Kemudian pembiayaan Bank Muamalat juga melambat, hanya Rp 15,7 triliun. Padahal pada periode yang sama pada tahun sebelumnya mencapai Rp 17,68 triliun, atau melorot 10,7 persen secara tahunan.
"Saya kira situasi ini tak hanya dialami oleh Bank Muamalat, hanya saja bank syariah lain lebih beruntung karena cepat ditop up dana," katanya.
Menurut dia, solusi yang harus diberikan kepada Bank Muamalat ialah pemberian modal kerja dengan segera. Prasetyantoko meminta agar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) segera menentukan investor agar kondisi Bank Muamalat tak makin buruk.
ADVERTISEMENT
"Kemudian manajemen harus diperbaiki, ganti analis kredit Bank Muamalat. Karena ketika disuntik dana tapi manajemen dan kebijakan tidak diubah ya sama saja," imbuh Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan.