Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
PT PLN (Persero) disebut berpotensi bangkrut pada September 2020. Alasannya, kinerja keuangan perusahaan tertekan akibat memiliki utang Rp 500 triliun tahun lalu. Per 30 Juni 2020, utang PLN bertambah menjadi sekitar Rp 600 triliun.
ADVERTISEMENT
Selain utang yang menggunung, piutang pemerintah Rp 45 triliun ke PLN pun belum dibayar. Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini berharap pemerintah segera melunasinya.
Di sisi lain, keuangan perusahaan juga dilaporkan tidak begitu menggembirakan. Laba PLN anjlok 97 persen pada semester I 2020. Berikut faktanya:
1. Bayang-bayang Kolaps Disampaikan Faisal Basri
Ekonomi Senior, Faisal Basri menjelaskan, BUMN setrum tengah berada di ujung tanduk. Hal itu diungkapkan Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini saat bertemu dengan Faisal Basri pada Jumat (25/7).
“Saya kemarin baru kayak mau nangis sama Dirut PLN, dia bilang sampai sekarang tunggakan pemerintah nol belum dibayar. Akibatnya kalau September belum dibayar, kolaps PLN,” ujarnya saat Webinar yang diadakan oleh Universitas Brawijaya secara virtual, Sabtu (25/7).
2. Laba Bersih Rp 273 miliar, Anjlok 97 Persen,
ADVERTISEMENT
PLN mencatatkan laba perusahaan sebesar Rp 273,059 miliar pada semester I 2020, menurun 97 persen dibanding semester I 2019 yang berhasil meraup laba bersih Rp 7,35 triliun.
Tapi jika dibandingkan dengan kuartal I 2020 yang mencatatkan kerugian Rp 38,88 triliun, kinerja keuangan PLN membaik. Rugi kurs mata yang asing yang mencapai Rp 51,97 triliun pada kuartal I 2020 menyusut menjadi Rp 7,79 triliun pada semester I 2020.
Dikutip dari laporan keuangan PLN untuk periode enam bulan yang berakhir 30 Juni 2020 dan 2019 (tidak diaudit), pendapatan usaha PLN naik menjadi Rp 139,777 triliun dibanding Rp 137,525 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Beban usaha pun turun menjadi Rp 149,92 triliun dari sebelumnya Rp 152,509 triliun.
ADVERTISEMENT
Namun, pada semester I 2020 ini PLN tidak memperoleh pendapatan kompensasi dari pemerintah, hanya subsidi listrik sebesar Rp 25,022 triliun. Sedangkan pada semester I 2019, PLN mendapat subsidi Rp 27,163 triliun dan pendapatan kompensasi Rp 13,146 triliun.
Selain ketiadaan pendapatan kompensasi, kinerja keuangan PLN juga menurun karena kerugian kurs mata uang asing sebesar Rp 7,797 triliun. Sebagai pembanding, pada semester I 2019 PLN meraup keuntungan Rp 5,037 triliun dari kurs mata uang asing.
3. Dosen UGM Tanggapi Faisal Basri soal PLN Terancam Bangkrut Bulan September
Pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang juga mantan rekan Faisal Basri di Tim Anti Mafia Migas, Fahmy Radhi, angkat bicara memberi tanggapan. Ia menilai, pernyataan Faisal tersebut kurang tepat.
ADVERTISEMENT
"Agak berlebihan jika PLN akan bangkrut disebabkan oleh jumlah utang selama 5 tahun terakhir ini," ujar Fahmy dalam keterangannya kepada kumparan, Senin (28/7).
Menurut Fahmy, pemerintah pasti akan melakukan berbagai upaya untuk mencegah PLN bangkrut, termasuk segera mencairkan dana kompensasi dalam waktu dekat ini. Sebab, PLN adalah satu-satunya penjual setrum di negeri ini.
Hanya saja realisasi pencairan dana kompensasi dan PMN (Penyertaan Modal Negara), kata dia, butuh proses administrasi birokrasi dan persetujuan DPR. Kalau proses itu berjalan lancar, pada Agustus 2020 mestinya sudah bisa dicairkan.
Ia kemudian menjelaskan, utang besar tak bisa dihindari PLN lantaran investasi untuk membiayai proyek-proyek ketenagalistrikan membutuhkan investasi dalam jumlah besar, yang tidak tercukupi dari dana sumber internal.
ADVERTISEMENT
***
Saksikan video menarik di bawah ini.