Distribusi Pupuk PT Pusri Terhambat Masalah di Pelabuhan

13 Desember 2017 14:13 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pabrik Pusri 2B PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Foto: Dok. PT Pupuk Indonesia (Persero))
zoom-in-whitePerbesar
Pabrik Pusri 2B PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Foto: Dok. PT Pupuk Indonesia (Persero))
ADVERTISEMENT
PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) atau Pusri melakukan perluasan pasar dengan berbagai cara. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan, di tengah ketatnya persaingan pasar pupuk urea yang menjadi produk utama Pusri.
ADVERTISEMENT
Selain melakukan diversifikasi produk, yakni dengan memproduksi pupuk jenis NPK selain urea, pusri juga memperluas pemasaran produk pupuknya. Namun hal ini terkendala oleh minimnya infrastruktur di Pelabuhan Boom Baru, Palembang, Sumatera Utara.
Direktur Pusri Mulyono Prawiro mengatakan, persoalan terletak pada keterbatasan peralatan bongkar muat di pelabuhan yang berada di tengah Kota Palembang itu. "Kapasitas pelabuhannya sebenarnya besar, bisa untuk menampung produksi kami sekitar 4,5 juta ton pupuk per tahun. Hanya saja, peralatan bongkar muatnya yang kurang, sehingga mau tidak mau membuat proses menjadi lambat," kata Mulyono di Palembang, Rabu (13/12).
Masalah lain yang dihadapi Pusri adalah persoalan pendangkalan alur Sungai Musi. Menurut Mulyono seperti dikutip dari Antara, jenis kapal terbaru yang digunakan Pusri hanya bisa menampung 10 ribu ton pupuk. Kapal jenis lama bahkan hanya 5 ribu ton.
ADVERTISEMENT
Pelabuhan Boom Baru Palembang. (Foto: dok. Foursquare)
zoom-in-whitePerbesar
Pelabuhan Boom Baru Palembang. (Foto: dok. Foursquare)
Padahal jika alur Sungai Musi cukup dalam dan tak ada pendangkalan, Pusri berharap kapal logistik bisa membawa 30 ribu ton pupuk sekali angkut. Penanganan distribusi dan logistik Pusri sendiri, saat ini ditangani oleh anak perusahaan yaitu Pupuk Indonesia Logistik.
Oleh karena itu, Mulyono sangat mengharapkan Pelabuhan Tanjung Carat di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Apiapi, Banyuasin, segera beroperasi. Hal ini untuk menunjang program perusahaan yang ingin memperluas pasar serta mempercepat proses pengiriman.
Sejauh ini, Pusri mengirimkan pupuk nonsubsidi ke Jateng, Kalbar, Lampung, Sumsel, Babel, Sumut, Bengkulu, Riau dan Sumbar. Sedangkan untuk pupuk subsidi ke Jateng, Kalbar, Lampung, Babel dan Sumsel.
Selain pasar domestik, Pusri juga mengekspor urea ke beberapa negara Asia Tenggara, salah satunya ke Filipina, karena negara itu tidak memiliki pabrik pupuk. Volume ekspor pupuk urea Pusri, berkisar 50.000-150.000 ton per tahun.
ADVERTISEMENT