Distributor Beras Pasar Cipinang Akui Pasokan dari Daerah Sulit

24 Desember 2017 18:25 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas penjualan beras di Pasar Cipinang. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas penjualan beras di Pasar Cipinang. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
PT Food Station Tjipinang Raya, distributor beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, mengakui saat ini pasokan beras dari daerah cukup sulit. Hal itu menyebabkan Food Station Tjipinang harus ketat dalam mendistribusikan beras ke para pedagang.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Raya, Arief Prasetyo Adi, mengatakan sulitnya pasokan beras dari daerah disebabkan musim hujan dan serangan hama tikus dan hama wereng.
“Kami memang sedang berjuang untuk menghemat stok agar bisa bertahan sampai panen raya,” kata Arief saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Minggu (24/12).
Namun, dia membantah stok beras di Pasar Induk Cipinang seret yang menyebabkan pasokan untuk pedagang berkurang. Berdasarkan catatan dia per 23 Desember 2017, stok beras mencapai 37.259 ton.
Sebelumnya, para pedagang di Pasar Induk Cipinang mengeluh soal seretnya pasokan beras. Hal tersebut membuat para pedagang menaikkan harga beras hingga melampaui Harga Eceran Tertinggi yang ditetapkan pemerintah.
Arief mengakui jika diperketatnya distribusi ke pedagang untuk memastikan antara kebutuhan pedagang tersebut dan kapasitas tokonya. Sebab, banyak pedagang yang kapasitas tokonya tidak sesuai dengan permintaan ke distributor.
ADVERTISEMENT
“Kalau 1 pedagang dengan kapasitas berdagang 10 ton lalu minta 100 ton, ya enggak kita kasih. Kan kasihan pemerintah yang menyediakan,” lanjutnya.
Monitoring ini, katanya, dilakukan oleh tim yang terdiri dari Bulog, Dirjen Perdagangan, Ketahanan Pangan, dan Satgas pangan yang lebih mengetahui kondisi di lapangan.
“Kami lihat jualannya sehari berapa, baru disesuaikan. Kita cek betul-betul di lapangan,” katanya.
Kebijakan tersebut, kata dia, juga dilakukan agar tidak perlu ada impor karena pasokan beras ke pedagang disesuaikan dengan kebutuhannya masing-masing. “Sebenarnya kalau dibuka impor, masalah selesai. Tapi kedaulatan pangan kita kan enggak terbatas sampai impor saja,” ujarnya.