Diusung Trump, David Malpass Terpilih Jadi Bos Bank Dunia

8 April 2019 8:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
World Bank  Foto: Reuters/Jonathan Ernst
zoom-in-whitePerbesar
World Bank Foto: Reuters/Jonathan Ernst
ADVERTISEMENT
Dewan Eksekutif Bank Dunia sepakat untuk memilih kandidat yang diusung Presiden AS Donald Trump, David Malpass, sebagai presiden baru di institusi keuangan global itu. Malpass menggantikan posisi Jim Yong Kim yang mengundurkan diri dari jabatannya pada awal Januari 2019.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, Senin (8/4), Malpass akan mulai melaksanakan tugas barunya pada Selasa (9/4), jelang pelaksanaan Pertemuan Musim Semi Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).
Malpass merupakan kandidat tunggal dalam bursa pemilihan Presiden Bank Dunia, berbeda dengan pendahulunya, Kim, yang menghadapi dua pesaing dari Nigeria dan Kolombia pada 2012.
Dewan Eksekutif Bank Dunia mengungkapkan, rendahnya minat dari negara maju untuk mengajukan diri sebagai kandidat, seperti Eropa dan Jepang. Begitu pula dari negara berkembang, seperti China dan Brasil.
Melalui wawancara telepon dengan Reuters, Malpass mengatakan dia akan menjunjung tinggi komitmen bank untuk mengurangi kemiskinan di negara-negara berkembang. Dia juga bertekad memerangi perubahan iklim di dunia.
Dalam pesan surat elektronik yang Malpass kirim kepada karyawan Bank Dunia, dia menekankan pentingnya "memerangi kemiskinan ekstrem dan mendorong pertumbuhan bagi setiap peminjam." Dia pun menggarisbawahi perlunya membangun ekonomi global yang lebih kuat dan stabil untuk semua.
ADVERTISEMENT
Malpass, 62 tahun, adalah penasihat ekonomi Trump selama kampanye pemilu 2016. Dia juga sempat menjabat sebagai kepala ekonom di bank investasi Bear Stearns and Co sebelum perusahaan itu jatuh pada 2008.
Presiden Grup Bank Dunia, David Malpass. Foto: Reuters/Jim Young
Dia juga pernah bertugas di Departemen Keuangan dan Departemen Luar Negeri pada masa periode kepresidenan Ronald Reagan dan George W Bush.
Malpass sebelumnya kerap menggambarkan Bank Dunia itu terlalu besar, tidak efisien, dan enggan menuntun negara berkembang yang ekonominya sudah cukup mapan agar menjadi lebih mandiri.
Pada 2017, dia mengkritik Bank Dunia, IMF, dan lembaga multilateral lainnya karena dianggap telah tumbuh terlampau besar, sehingga menjadi pengganggu ekosistem global.
Selama dua tahun terakhir, Malpass juga telah mendorong Bank Dunia untuk menghentikan pinjaman ke negara berkembang, seperti China, yang dianggap sudah terlalu kaya untuk menerima bantuan.
ADVERTISEMENT
Terlebih lagi setelah China meningkatkan beban utang sejumlah negara berkembang, seperti Sri Lanka dan Pakistan, dengan program pembangunan infrastruktur One Belt One Road (OBOR).
Selain AS, China adalah pemegang saham Bank Dunia terbesar ketiga setelah Jepang, dengan kekuasaan sebesar 4,5 persen di dalam dewan pemilihan.
Dilansir BBC, pada tahun lalu Malpass adalah bagian dari tim negosiasi paket reformasi pinjaman Bank Dunia. Reformasi tersebut bertujuan untuk mendorong negara berkembang lebih mandiri, dengan pinjaman sektor swasta.
AS pun setuju dan mendukung rencana agar pemegang saham menyuntikkan USD 13 miliar ke Bank Dunia, dengan tujuan membatasi pinjaman dan lebih memfokuskan sumber daya di sejumlah negara miskin.