Dolar AS Perkasa Usai The Fed Pangkas Suku Bunga, Rupiah Terpuruk Rp 16.290/USD

19 Desember 2024 12:22 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang petugas menunjukan pecahan Dolar AS dan Rupiah di kawasan Kwitang, Jakarta, Senin (18/11/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Seorang petugas menunjukan pecahan Dolar AS dan Rupiah di kawasan Kwitang, Jakarta, Senin (18/11/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Rupiah kembali mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah pasar merespons pernyataan Federal Reserve (The Fed) yang mengisyaratkan penahanan suku bunga acuan dalam waktu lama.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Bloomberg pukul 12.17 WIB, rupiah berada di level Rp 16.290 per USD. Rupiah tertekan 192 poin atau 1,20 persen.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjandra, menyebutkan pelemahan ini dipengaruhi oleh respons pasar terhadap kebijakan terbaru The Fed.
"Ini antisipasi pasar setelah Bank Sentral AS dini hari tadi memberikan sinyal akan menahan lebih lama suku bunga acuannya setelah Desember, dan juga belum ada sentimen positif yang menonjol dari dalam negeri yang bisa membantu menahan pelemahan rupiah," kata Ariston kepada kumparan, Kamis (19/12).
Ia menambahkan, keputusan The Fed yang memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin sesuai dengan perkiraan pasar. Namun, pernyataan The Fed tentang penundaan pemangkasan lebih lanjut menjadi faktor utama penguatan dolar AS.
ADVERTISEMENT
"Sesuai perkiraan, The Fed memangkas suku bunganya 25 bp dan sesuai perkiraan juga The Fed mengeluarkan pernyataan yang ditangkap pelaku pasar bahwa The Fed bakal menahan suku bunganya dalam waktu lama setelah tahun ini," ungkapnya.
Lebih lanjut, Ariston menyoroti data ekonomi AS yang terus menunjukkan tren positif, termasuk data inflasi yang sulit turun. Kondisi tersebut menjadi alasan The Fed bersikap lebih berhati-hati dalam menentukan langkah kebijakan moneter ke depan.
"Data-data ekonomi AS yang cukup positif belakangan ini ditambah data inflasi yang menunjukkan kondisi inflasi yang sulit turun mendorong The Fed mengeluarkan pernyataan yang memberikan sinyal penundaan pemangkasan. Dan dolar AS pun bergerak menguat," kata dia.
Di sisi lain, Indonesia dinilai belum memiliki sentimen positif yang cukup kuat untuk menopang pergerakan rupiah. Kombinasi faktor eksternal dan internal ini membuat nilai tukar rupiah sulit bangkit dalam waktu dekat.
ADVERTISEMENT