Dolar Menguat, Pedagang Valas Kaki Lima Tetap Sepi

2 Maret 2018 20:18 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Berto Penjual mata uang asing rusak  (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Berto Penjual mata uang asing rusak (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
ADVERTISEMENT
Menguatnya nilai tukar dolar terhadap rupiah beberapa waktu terakhir, membuat penjual mata uang tersebut di money changer lebih ramai. Namun hal sama, tak dialami pedagang valuta asing (valas) kaki lima di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian warga Jakarta, kawasan tersebut cukup populer untuk menjumpai pedagang valas di tepi jalan. Yang membedakan dengan money changer resmi, para penjaja valas itu menerima uang asing meski dalam kondisi rusak. Semisal lusuh atau sobek, selama sobekannya tak hilang.
Berto (46 tahun) salah seorang penjaja valas kaki lima itu. Tanpa kedai atau lapak, pria yang sudah berjualan valas sejak 1998 ini hanya bermodal papan kecil bertuliskan “Jual Beli Dolar Rusak, Sobek, Koin”.
"Ayo tukar dolar... tukar dolar...," teriak Berto dari pinggir jalan raya, kepada warga yang melintas.
Penjual Mata Uang Asing Rusak (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penjual Mata Uang Asing Rusak (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
Kepada kumparan (kumparan.com), ayah dua anak ini mengaku dimodali seorang bandar. Dia mendapat penghasilan, secara bagi dengan sang investor itu. “Kalau kita terima valas apa pun kondisinya. Asal gak buntung (sobekannya hilang),” tuturnya saat ditemui, Jumat (2/3).
ADVERTISEMENT
Tentu saja nilai tukar uang asing rusak itu, berbeda dengan di money changer resmi. Untuk satu dolar AS dia harga Rp 10.000, sementara untuk dolar Singapura dibanderol Rp 9.000 dan Euro sekitar Rp 11.000.
Saat nilai dolar menguat seperti belakangan ini, usahanya tak banyak terpengaruh. “Seharian ini saya malah belum dapat apa-apa. Padahal sudah mau sore,” keluhnya. Usah penukaran sangat ramai, menurutnya, ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi.
Penjual Mata Uang Asing Rusak (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penjual Mata Uang Asing Rusak (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
"Iya saat lagi rame-ramenya pas 1998, itu saya paling laku jualannya. Waktu itu mata uang asing kalau mau nukar masih Rp 15.000," kata Berto mengenang.
Dia menjelaskan, usahanya cenderung tak terpengaruh dengan nilai tukar. Ini karena dia hanya membeli uang asing dalam kondisi rusak. Menurutnya, uang yang terkumpul kemudian disetorkan kepada bandar. Berto tak memahami proses bisnis selanjutnya yang dijalankan oleh Sang Bandar.
ADVERTISEMENT