Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
Penggunaan dompet digital di Indonesia terus berkembang. Adanya promo berupa cashback atau diskon, menjadi salah satu daya tarik yang membuat cara transaksi ini makin populer.
ADVERTISEMENT
Tak elak, masyarakat yang mulai terbiasa dengan cashless pun berbondong-bondong menggunakan dompet digital untuk bertransaksi. Mulai dari beli makanan, transportasi, hingga hiburan.
Dalam sebuah kesempatan berkunjung ke kumparan, Duta Besar Indonesia untuk China, Djauhari Oratmangun menceritakan, perkembangan uang digital dan startup di China sudah sangat pesat jika dibandingkan dengan di Indonesia.
Menurutnya, ekonomi digital di China saat ini telah mencapai 23-24 persen dari Produk Domestik Bruto (GDP). Sementara, Indonesia jauh tertinggal masih di 2,2 persen hingga 2,3 persen.
Lantas bagaimana dengan di China, apakah juga banyak memberikan promo untuk para pengguna dompet digital, seperti yang terjadi di Indonesia? Djauhari mengatakan China memang tak serta-merta memberikan diskon seperti yang diberikan di Indonesia.
"Di sini (Indonesia) perkembangannya relatif baru, (jadi banyak) promosi (dengan diskon), di sana kan udah establish," ujar Djauhari dalam program Kelas kumparan di Lounge A Kantor kumparan, di Jakarta, Jumat (13/12).
ADVERTISEMENT
Meski demikian bukan berarti di China tak ada program promo. Hanya saja bentuknya berbeda dan bersifat musiman. Dia mencontohkan, pengalamannya berbelanja menggunakan uang digital di China, saat membeli koper dalam sebuah kesempatan. Harga normal koper itu biasanya RMB 2.000 hingga RMB 3.000, namun bisa didapat hanya dengan RMB 500.
Promo yang Ia dapat itu, didapat dari suatu event spesial yang ada di China oleh penyedia layanan keuangan digital. Dan kegiatan itu ada secara berkala dan terjadwal.
"Jadi cashback-cashback itu didapat dari suatu event, tetap ada tapi dalam bentuk lain," ujarnya.
Djauhari juga bercerita soal ekosistem digital yang difasilitasi oleh pemerintah China. Menurutnya, sistem pemerintahan yang cenderung tersentralisasi mendorong pengembangan ekonomi digitalnya juga lebih tertata.
ADVERTISEMENT
Di setiap wilayah China, menurutnya ada basis pengembangan teknologi hingga data untuk menopang ekonomi digital itu. Jadi tak hanya pengembangan dompet digital.
"Jadi luar biasa teknologi mereka. Perusahaan-perusahaan startup di situ, jadi mereka siapkan itu. Misalnya ada pusat big data, ada pusat untuk fintech. Market place ada di Beijing," ujarnya.