Dorong Investasi Lewat KEK, Airlangga Targetkan ICOR RI Turun ke 4 di 2028

13 Januari 2025 19:06 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat ditemui di Kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis (12/12/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat ditemui di Kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis (12/12/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah menargetkan untuk menurunkan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) ke angka 4 di tahun 2028 sebagai bagian dari upaya meningkatkan efisiensi investasi di Indonesia. Target ini akan dicapai melalui pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang memiliki tingkat efisiensi tinggi, seperti di Weda Bay.
ADVERTISEMENT
ICOR Indonesia tercatat masih berada di angka 6,33 pada 2023. Semakin besar ICOR, maka semakin mahal investasi. Indonesia tercatat memiliki ICOR yang cukup tinggi dibandingkan ASEAN, yakni rata-rata sekitar 4-5.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, ICOR di KEK Weda Bay saat ini mencapai angka 2, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional.
"Di kawasan Weda Bay, investasinya sekitar USD 16 miliar dalam enam tahun terakhir, dan ekspor per tahunnya mencapai USD 8 miliar. Jadi sangat efisien. Untuk mencapai ICOR 4, kita perlu mengembangkan lebih banyak KEK," kata Airlangga dalam acara Business Competitiveness Outlook 2025 di Hotel Raffles, Jakarta, Senin (13/1).
Meski demikian, ia menegaskan menurunkan ICOR tidak bisa dilakukan secara instan. "ICOR kan terkait investasi, jadi nggak bisa instan. Target kita dalam 3-4 tahun ke depan," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Airlangga mengungkapkan, kawasan ekonomi khusus menjadi prioritas utama dalam mencapai target ICOR 4. Pasalnya, tingkat efisiensi investasi di kawasan tersebut lebih tinggi dibandingkan daerah perekonomian umum.
Ia mencontohkan KEK lain yang berbasis industri seperti Kendal dan Batang sebagai potensi untuk mendorong efisiensi investasi. Di luar itu, kawasan berbasis pariwisata juga dianggap sebagai quick win, meskipun masih terkendala dengan infrastruktur transportasi udara.
"Basis pariwisata yang paling penting angkutan udara, nah angkutan udara ini yang harus diselesaikan karena kapasitas kita pre dan post COVID-19 itu beda jumlah pesawat yang dipakai," kata Airlangga.
Selain KEK, pemerintah juga terus mengembangkan hilirisasi sektor mineral yang mendukung ekosistem energi terbarukan dan kendaraan listrik (EV). Ekspor produk nikel Indonesia telah meningkat pesat dari USD 4 miliar pada 2017 menjadi USD 33,52 miliar, atau naik 745 persen.
ADVERTISEMENT
Indonesia juga tengah menjajaki aliansi mineral strategis dengan negara-negara seperti Australia, Kanada, dan AS.
"Saya pikir dengan situasi saat ini, dunia tidak mampu untuk tidak melibatkan Indonesia dalam mineral penting. Karena kita adalah salah satu pemain terbesar di dunia," pungkasnya.