Dorong Pertumbuhan Kredit, BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM

28 April 2024 20:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas bank menunjukkan lembaran uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (12/12). Foto: ANTARA FOTO/Putu Indah Savitri
zoom-in-whitePerbesar
Petugas bank menunjukkan lembaran uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (12/12). Foto: ANTARA FOTO/Putu Indah Savitri
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bank Indonesia (BI) bakal memperluas cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM). Hal ini dilakukan untuk mendorong pertumbuhan kredit atau pembiayaan.
ADVERTISEMENT
Kepala Grup Sektor Keuangan Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Nugroho Joko Prastowo mengatakan sejumlah sektor prioritas tersebut adalah sektor penunjang hilirisasi, konstruksi dan real estate produktif, ekonomi kreatif, otomotif, perdagangan Listrik-Gas-Air Bersih (LGA), dan jasa sosial.
“Harapannya kredit biru ini yang sudah positif dan tinggi sebesar 12,4 persen sampai Maret jangan sampai turun kembali. Karena nanti di bulan Juni perbankan akan mendapat tambahan likuiditas dari insentif," kata Joko dalam acara Perkembangan Ekonomi Terkini dan Respons Bauran Kebijakan di Samosir, Minggu (28/4).
Sektor tersebut dipilih oleh bi karena memiliki daya ungkit ekonomi dan tidak berisiko. Serta mendukung ekonomi hijau dan program pemerintah.
Adapun sektor tambahan ini akan mulai mendapatkan insentif pada 1 Juni 2024 mendatang. Dengan besaran insentif yang diberikan tetap sebesar 4 persen.
ADVERTISEMENT
"Harapannya bank semangat untuk menyalurkannya,” jelasnya.
Lebih lanjut, Joko mengatakan penguatan KLM diarahkan dapat untuk memberikan tambahan likuiditas perbankan sebesar Rp 81 triliun. Sehingga total insentif menjadi Rp 246 triliun.
Sejalan dengan pertumbuhan kredit yang terus meningkat, tambahan likuiditas dari KLM diperkirakan dapat mencapai Rp 115 triliun pada akhir tahun 2024. Sehingga total insentif yang diberikan menjadi Rp 280 triliun.